JAKARTA - Rusia siap menghadapi tantangan baru karena pasokan senjata jarak jauh yang semakin meningkat ke Ukraina oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO, kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Rusia Sergey Ryabkov dalam sebuah wawancara majalah International Affairs yang diterbitkan Hari Rabu.
"Kami melihat bagaimana AS terus memompa rezim Kyiv dengan senjata jarak jauh yang semakin mematikan, bagaimana ada perluasan bantuan multifaset di berbagai bidang mulai dari intelijen hingga pelatihan tentara dan pejuang unit lain," ujar Ryabkov seperti mengutip TASS 7 September.
"Tidak hanya dengan orang Amerika, tetapi juga banyak sekutu NATO lainnya yang terlibat dalam pekerjaan ini. Itu menciptakan tantangan baru, dan kami siap menghadapinya," tandasnya.
"Tetapi kami tidak siap untuk berspekulasi bahwa, secara konvensional, jika peluru kaliber ini dipasok dalam jumlah seperti itu, itu adalah satu situasi. Jika sesuatu yang lain disuplai, maka kami akan menilai kembali semuanya," tambah Ryabkov.
Diplomat senior itu menekankan, tidak ada kekurangan saluran komunikasi dengan negara-negara Barat sejauh ini, dengan Moskow memiliki kesempatan untuk menyampaikan posisinya.
"Oleh karena itu, jika ada keadaan yang memerlukan peringatan lebih keras dari pihak kami, kami pasti akan menggunakan saluran ini dan di Washington, serta di ibu kota negara-negara yang dengan patuh, pada kenyataannya, menutup mata dan mengikuti apa yang diperintahkan dari Washington, akan dengan jelas memahami dan menyadari tingkat risiko dan sifat konsekuensi yang mungkin terjadi, jika mereka semakin memperburuk," tandasnya.
BACA JUGA:
Ryabkov ingat, salah satu elemen dari inisiatif Rusia untuk menyimpulkan perjanjian yang mengikat secara hukum dengan AS dan NATO tentang jaminan keamanan adalah, peringatan kurangnya kesediaan Barat untuk memenuhi tuntutan utama Rusia akan berarti melintasi garis merah tertentu.
"Saya tidak berpikir ada banyak orang di dunia saat ini yang akan berargumen, ketika garis merah ini dilanggar, ada konsekuensi, yang juga telah kami peringatkan, mengirimkan sinyal bahwa responsnya adalah militer dan teknis, di mana beberapa di Barat percaya, mengharapkan Rusia untuk mundur dan menunjukkan kelemahan. Ini tidak terjadi," pungkasnya.