Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joe Biden menyebut Amerika Serikat tidak akan mengirimkan sistem roket yang mampu menyerang Rusia, saat Ukraina menginginkan senjata jarak jauh untuk membantu perjuangannya.

Ukraina diketahui telah meminta sekutu untuk sistem jarak jauh, termasuk Multiple Launch Rocket System (MLRS), yang dapat menembakkan rentetan roket ratusan mil jauhnya.

"Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang menyerang Rusia," kata Presiden Biden kepada wartawan, setelah tiba kembali di Gedung Putih setelah akhir pekan di Delaware, melansir Reuters 30 Mei.

Presiden Biden tidak mengesampingkan penyediaan sistem senjata tertentu, tetapi tampaknya menempatkan persyaratan tentang bagaimana mereka dapat digunakan.

Diketahui, Presiden Biden dan timnya sedang mengerjakan bantuan paket peralatan militer baru dan diharapkan akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

MLRS sedang dipertimbangkan, tetapi tidak ada yang memiliki kemampuan serangan jarak jauh di luar penggunaan medan perang, kata seorang pejabat senior pemerintah.

Sementara, Pemerintah Ukraina telah mendesak Barat untuk menyediakan lebih banyak senjata jarak jauh untuk mengubah gelombang perang, yang sekarang memasuki bulan keempat.

Presiden Biden sendiri ingin membantu Ukraina mempertahankan diri, tetapi menentang penyediaan senjata yang dapat digunakan Ukraina untuk menyerang Rusia.

CNN dan The Washington Post melaporkan pada Hari Jumat pekan lalu, Pemerintahan Presiden Biden condong ke pengiriman MLRS dan sistem lain, Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi, yang dikenal sebagai HIMARS, sebagai bagian dari paket bantuan militer yang akan datang.

Ribuan orang telah tewas di Ukraina dan jutaan lainnya mengungsi sejak invasi Rusia pada 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".

Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Biden dan sekutu AS semakin bersedia memberikan persenjataan jarak jauh ke Ukraina, termasuk howitzer M777, saat Kyiv memerangi pasukan Rusia dengan lebih sukses daripada yang diperkirakan pejabat intelijen.

Tetapi, intelijen AS juga telah memperingatkan tentang risiko yang meningkat, terutama mengingat ketidaksesuaian antara ambisi nyata Presiden Rusia Vladimir Putin dan kinerja militernya.

Selain itu, Ukraina telah mulai menerima rudal anti-kapal Harpoon dari Denmark dan howitzer self-propelled dari Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan pada akhir pekan lalu.