Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bantuan militer terbaru untuk Ukraina dengan nilai mencapai sekitar Rp 10 triliun, menyebut negaranya akan terus membantu Kyiv mempertahankan diri.

Paket senjata baru senilai 700 juta dolar AS atau sekitar Rp10.188.850.000.000 juta yang diumumkan, mencakup sistem roket artileri mobilitas tinggi, yang dapat secara akurat mencapai target sejauh 80 km (50 mil).

"Amerika Serikat akan mendukung mitra Ukraina kami dan terus memberikan Ukraina senjata dan peralatan untuk mempertahankan diri," kata Presiden Biden dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 2 Juni.

Sebelumnya, Presiden Biden mengumumkan rencana untuk memberikan sistem roket HIMARS presisi ke Ukraina, setelah menerima jaminan dari Kyiv bahwa mereka tidak akan menggunakannya untuk mencapai target di dalam wilayah Rusia. Presiden Biden memberlakukan syarat itu untuk mencoba menghindari eskalasi perang Ukraina.

"Ukraina telah memberi kami jaminan bahwa mereka tidak akan menggunakan sistem ini untuk menyerang target di wilayah Rusia," ujar Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Seorang pejabat senior Departemen Pertahanan, yang memberi pengarahan kepada wartawan di Pentagon, mengatakan Amerika Serikat akan mengirim empat sistem HIMARS ke Ukraina pada awalnya.

Ini akan memakan waktu sekitar tiga minggu untuk melatih pasukan Ukraina tentang penggunaan sistem baru, kata pejabat itu.

"Tidak ada sistem yang akan mengubah perang. Ini adalah pertempuran kehendak nasional. Ini adalah konflik yang keras dan keras," Colin Kahl, di Deputi Menteri Pertahanan AS untuk kebijakan, mengatakan kepada wartawan.

Diketahui, Ukraina telah mencari Multiple Rocket Launch Systems (MLRS) seperti M270 dan M142 HIMARS, keduanya dibuat oleh perusahaan AS Lockheed Martin, untuk memberikan lebih banyak daya tembak pada jarak yang lebih jauh untuk mencapai konsentrasi pasukan Rusia dan persediaan senjata di belakang Rusia.

Kahl mengatakan Pentagon menahan diri untuk tidak menyediakan senjata ini setelah menentukan roket jarak pendek sudah cukup.

"Kami tidak menilai bahwa mereka membutuhkan sistem yang menempuh jarak ratusan dan ratusan kilometer untuk pertarungan saat ini," katanya.

Roket jarak jauh yang dicari Ukraina bisa memiliki jangkauan 300 mil, jauh melampaui putaran howitzer. Roket yang telah disetujui oleh Pemerintahan Presiden Biden, memiliki jangkauan yang lebih pendek daripada roket era Soviet yang saat ini kekurangan pasokan di Ukraina.

Sementara itu, Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan sebelumnya bahwa Washington percaya sistem HIMARS akan memenuhi kebutuhan Kyiv.

“Ini adalah konflik defensif yang dilakukan oleh Ukraina. Pasukan Rusia berada di wilayah mereka," sebut Finer dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Ada target signifikan yang tidak dapat dicapai Ukraina dengan senjata yang mereka miliki saat ini, kata Finer, dan sistem roket akan membuat perbedaan besar dalam konflik di tenggara negara itu, di mana pasukan Rusia saat ini fokus.

Selain roket, paket baru tersebut termasuk amunisi, radar counter fire, sejumlah radar pengawasan udara, rudal anti-tank Javelin tambahan, serta senjata anti-armor, kata para pejabat.

"Terima kasih sekutu. Mari kita kalahkan Rusia bersama-sama," cuit Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, tak lama setelah pengumuman Presiden Biden.

Diketahui, Ribuan orang telah tewas di Ukraina dan jutaan lainnya mengungsi sejak invasi Rusia pada 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata dan "denazifikasi" Ukraina.