JAKARTA - Rusia mengkritik niatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mereformasi organisasinya, menyebut upaya menjadi aliansi global akan gagal dan menyindir garis pertahanannya akan mencapai Laut China Selatan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meragukan niat untuk mereformasi NATO, dengan mengatakan upaya untuk mengubahnya menjadi aliansi global yang mencari dominasi militer di seluruh dunia pasti akan gagal.
"Sepertinya tidak ada yang berencana untuk mereformasi NATO. Mereka berencana untuk mengubah serikat pertahanan ini menjadi aliansi global yang mencari dominasi militer di seluruh dunia. Ini adalah jalan yang berbahaya. Tentu saja, itu pasti akan gagal," Lavrov kata dalam wawancara dengan RT Arab, melansir TASS 27 Mei.
Lebih jauh ia melanjutkan, NATO adalah organisasi defensif pada saat ada seseorang untuk membela, tampaknya mengacu pada Uni Soviet dan Pakta Warsawa.
Dalam kesempatan yang sama Menlu Lavrov mengatakan, pernyataan NATO tentang keamanan di kawasan Asia-Pasifik tampaknya menandakan, 'garis pertahanan' aliansi berikutnya akan dipindahkan ke Laut Cina Selatan
"Akhir-akhir ini, Sekretaris Jenderal NATO (Jens Stoltenberg) dan politisi yang berperang, seperti Menteri Luar Negeri Inggris (Liz Truss) menyatakan secara terbuka, aliansi harus memiliki tanggung jawab global. Bahwa NATO harus bertanggung jawab atas keamanan di kawasan Pasifik. Rupanya, itu berarti bahwa lain kali, 'garis pertahanan' NATO akan dipindahkan ke laut Cina Selatan," tukas Lavrov.
BACA JUGA:
Dalam kata-katanya, Uni Eropa juga berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di kawasan itu, tetapi tidak akan diizinkan untuk membuat 'tentara' sendiri.
"(Presiden Komisi Eropa) Ursula von der Leyen mengatakan UE harus bertanggung jawab atas keamanan di Kawasan Indo-Pasifik. Bagaimana mereka akan melakukan itu? Mereka berbicara tentang semacam 'tentara UE'. Tidak ada seorang pun akan memungkinkan mereka untuk membuat 'tentara' ini selama Aliansi Atlantik Utara ada," tandasnya.