Bomber Tu-95 dan H-6 Patroli Bareng di Laut China Timur hingga Pasifik, AS: China Tidak akan Tinggalkan Rusia
Pesawat pembom Tu-95MSM Rusia membawa rudal jelajah Raduga Kh-101. (Wikimedia Commons/Dmitry Terekhov)

Bagikan:

JAKARTA - Latihan pembom strategis Rusia dan China lewat patroli bersama di Asia Timur pada Hari Selasa menunjukkan kedalaman keselarasan kedua negara, kata seorang pejabat senior Pemerintah Amerika Serikat.

Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengkonfirmasi patroli bersama, yang dikatakan berlangsung 13 jam di atas laut Jepang dan China Timur, melibatkan pembom strategis Tu-95 Rusia dan Xian H-6 China. Baca selengkapnya

Pesawat dari angkatan udara Jepang dan Korea Selatan membayangi jet Rusia dan China untuk bagian dari latihan, kata Rusia.

Langkah itu menandai latihan militer bersama pertama oleh China dan Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari, menurut pejabat AS, dan itu dilakukan di akhir perjalanan Presiden AS Joe Biden ke wilayah tersebut.

"Kami pikir itu menunjukkan bahwa China terus bersedia untuk menyelaraskan diri dengan Rusia, termasuk melalui kerja sama militer," kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa tindakan semacam itu harus direncanakan jauh sebelumnya, dikutip dari Reuters 25 Mei.

"China tidak akan meninggalkan Rusia. Sebaliknya, latihan tersebut menunjukkan China siap membantu Rusia mempertahankan timurnya, sementara Rusia berperang di baratnya," papar pejabat tersebut.

Pejabat senior administrasi menambahkan, latihan pengebom mengindikasikan bahwa Rusia akan mendukung China dalam sengketa teritorialnya dengan tetangga di Laut China Timur dan Selatan.

Tidak jelas apakah latihan itu direncanakan bertepatan dengan perjalanan pertama Biden sebagai presiden ke Asia, di mana ia telah mengunjungi sekutu Korea Selatan dan Jepang.

Pada Hari Selasa bergabung dengan para pemimpin demokratis Jepang, India dan Australia, yang secara kolektif dikenal sebagai Quad, untuk pertemuan tatap muka kedua mereka.

Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, latihan itu kemungkinan direncanakan jauh sebelumnya, menunjukkan kemitraan strategis 'tanpa batas' yang diumumkan Beijing dan Moskow beberapa minggu sebelum invasi Ukraina 'cukup hidup dan sehat.'

"Di sisi lain, kunjungan presiden yang sukses, menunjukkan kontras dengan apa yang telah kita lihat dari Rusia dan China, itu menunjukkan komitmen kami terhadap kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," katanya.

Diketahui, Presiden Biden telah menekankan selama perjalanan itu, yang sebagian dimaksudkan untuk melawan pengaruh China yang berkembang di kawasan itu, dengan Amerika Serikat akan berdiri bersama sekutu dan mitranya, untuk mendorong kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.