Menlu AS Sebut NATO Soroti Pesatnya Pembangunan Militer China dan Kerja Samanya dengan Rusia
Antony Blinken. (Wikimedia Commons/State Department/Ron Przysucha)

Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) prihatin dengan pembangunan militer China yang cepat dan buram serta kerja samanya dengan Rusia, membahas cara-cara konkret untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh Beijing pada Hari Rabu, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

"Anggota aliansi kami tetap prihatin dengan kebijakan pemaksaan RRT (Republik Rakyat Tiongkok), dengan penggunaan disinformasi, dengan pembangunan militernya yang cepat dan buram, termasuk kerja samanya dengan Rusia," kata Blinken dalam konferensi pers setelah pertemuan dua hari menteri luar negeri negara-negara NATO, melansir Reuters 1 Desember.

"Tetapi kami juga tetap berkomitmen untuk mempertahankan dialog yang konstruktif dengan China di mana pun kami bisa. Dan kami menyambut peluang untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan bersama," sambungnya.

Menlu Blinken mengatakan, sementara NATO terus fokus pada mempertahankan dukungan terpadu untuk Ukraina, anggota juga ingin meningkatkan ketahanan aliansi dengan mempertimbangkan tantangan baru, termasuk yang ditimbulkan oleh China.

"Apa yang kami bicarakan hari ini, sekali lagi, memastikan bahwa kami bekerja untuk beradaptasi dengan cara yang konkret untuk menghadapi tantangan," jelas Menlu Blinken tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Pernyataan Blinken muncul setelah Moskow mengatakan pesawat tempur strategis Rusia dan China, termasuk pesawat pengebom jarak jauh Tupolev-95 "Beruang", melakukan patroli bersama di atas Laut Jepang dan Laut China Timur.

Itu membuat sekutu Washington, Korea Selatan mengatakan telah mengacak jet tempur sebagai dua jet tempur China dan enam pesawat tempur Rusia, lantaran memasuki zona identifikasi pertahanan udaranya.

Itu juga datang setelah laporan Pentagon mengatakan China kemungkinan akan memiliki persediaan 1.500 hulu ledak nuklir pada tahun 2035 dengan kecepatan saat ini, menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran AS tentang niat Beijing untuk memperluas persenjataannya.

China dan Rusia membuat khawatir Amerika Serikat dan sekutunya dengan mengumumkan kemitraan strategis "tanpa batas" dengan Rusia pada Februari, hanya beberapa hari sebelum pasukan Rusia menginvasi Ukraina.

Korea Selatan dan tetangganya Jepang sejak itu mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan NATO, menghadiri KTT NATO Juni sebagai pengamat, dengan perusahaan Korea Selatan mengirimkan persenjataan ke tetangga Rusia dan anggota NATO Polandia tahun ini.

Diketahui, Amerika Serikat dan sekutunya mengakui adanya persaingan untuk membentuk dunia setelah Perang Dingin.

"Ada pengakuan bahwa ada juga dalam banyak hal, yang oleh orang Eropa disebut sebagai persaingan sistemik antara China dan banyak negara kita," kata Blinken.

"Tapi ada juga pengakuan bahwa sedapat mungkin, kita harus menemukan cara untuk bekerja sama dalam masalah yang sangat besar," pungkasnya.