JAKARTA - China akan memperdalam kerja samanya dengan Rusia untuk mencoba menantang Amerika Serikat, meskipun ada kecaman internasional atas invasi Ukraina, kata pemimpin badan intelijen AS pada Hari Rabu.
"Terlepas dari reaksi global atas invasi Rusia ke Ukraina, China akan mempertahankan kerja sama diplomatik, pertahanan, ekonomi dan teknologinya dengan Rusia untuk terus berusaha menantang Amerika Serikat, bahkan saat itu akan membatasi dukungan publik," kata badan dalam penilaian ancaman yang dirilis, saat Komite Intelijen Senat mengadakan dengar pendapat tahunannya tentang ancaman di seluruh dunia terhadap keamanan AS, melansir Reuters 9 Maret.
Laporan tersebut sebagian besar berfokus pada ancaman dari China dan Rusia, menilai bahwa China akan terus mengintimidasi saingannya di Laut China Selatan .
"Mungkin tidak perlu dikatakan, Republik Rakyat Tiongkok, yang semakin menantang Amerika Serikat, secara ekonomi, teknologi, politik, dan militer, di seluruh dunia tetap menjadi prioritas kami yang tak tertandingi," kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, penasihat intelijen utama untuk Presiden Joe Biden.
Untuk memenuhi visi pemimpin Tiongkok Xi Jinping untuk menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai kekuatan utama, Partai Komunis Tiongkok (PKT) "semakin yakin bahwa hal itu hanya dapat dilakukan dengan mengorbankan kekuatan dan pengaruh AS," sebut Haines.
Namun, dia mengatakan intelijen AS menilai bahwa Beijing yakin mendapat manfaat dari hubungan yang stabil, meskipun kritik tajam Presiden Xi baru-baru ini terhadap Amerika Serikat.
Presiden Xi menyalahkan Barat atas kesulitan ekonomi China dalam pidato pada Hari Senin, di mana dia menuduh Amerika Serikat memimpin upaya internasional untuk menahan China.
Selama dialog, Senator Angus King, seorang independen yang berkaukus dengan Demokrat, meminta pandangan Haines tentang hubungan Beijing dengan Moskow.
"Apakah ini 'pernikahan sementara untuk kenyamanan' atau 'hubungan cinta jangka panjang'" tanya King.
"Ini terus semakin dalam," jawab Haines, menambahkan bahwa dia akan ragu untuk menyebut hubungan Beijing-Moskow sebagai 'hubungan cinta'.
"Ada beberapa batasan yang akan kami lihat di mana mereka akan pergi dalam kemitraan itu. Kami tidak melihat mereka menjadi sekutu seperti kami dengan sekutu di NATO, namun demikian, kami melihat peningkatan (kerja sama) di setiap sektor," terang Haines.
BACA JUGA:
Laporan itu mengatakan Rusia mungkin tidak mencari konflik dengan Amerika Serikat dan NATO, tetapi perang di Ukraina membawa "risiko besar" dari itu, dan bahwa ada potensi nyata kegagalan militer Rusia di Ukraina untuk melukai posisi domestik Presiden Rusia Vladimir Putin, meningkatkan potensi eskalasi.
Haines menggambarkan "perang yang berkepanjangan dan melelahkan" di Ukraina, mengatakan intelijen AS tidak memperkirakan militer Rusia cukup pulih tahun ini untuk membuat keuntungan teritorial yang besar.