Turki Tambah Sistem Pertahanan Udara S-400 Buatan Rusia, Amerika Serikat Ancam Perpanjang Sanksi
Sistem pertahanan rudal S-400 Triumf besutan Rusia. (Wikimedia Commons/Mil.ru/Юрий Шипилов)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) memperingatkan Turki, mereka akan memperpanjang sanksi baru jika negara itu melanjutkan rencana untuk kembali membeli sistem pertahanan udara besutan Rusia.

Peringatan itu muncul setelah Presiden Recep Tayyip Erdoğan pekan lalu menegaskan, mereka masih berniat untuk memperoleh batch baru sistem pertahanan rudal S-400, meskipun ditentang oleh Washington.

Presdien Erdogan dijadwalkan bertemu dengan rekannya dari Rusia Vladimir Putin di Sochi pada Hari Rabu ini, pertemuan yang diharapkan untuk melihat kedua negara mencapai beberapa keputusan penting.

Pembicaraan terus berlanjut antara Rusia dan Turki tentang pengiriman batch kedua, dengan kedua negara sedang dalam proses penandatanganan kesepakatan baru dalam waktu dekat, Alexander Mikheyev, kepala eksportir senjata milik negara Rusia Rosoboronexport, mengatakan pada Bulan Agustus.

"Tidak ada yang akan dapat ikut campur dalam hal sistem pertahanan apa yang kami peroleh, dari negara mana, pada tingkat apa,” kata Erdogan kepada CBS News dalam sebuah wawancara pekan lalu mengutip Daily Sabah 28 September, dengan mengatakan bahwa Ankara bermaksud untuk melanjutkan pembelian sistem Rusia. .

Sementara itu, Kantor Ketua Hubungan Luar Negeri Senat AS Robert Menendez mengatakan Rabu lalu, sanksi diamanatkan oleh undang-undang untuk entitas apa pun yang melakukan bisnis signifikan dengan militer atau sektor intelijen Rusia.

"Setiap pembelian baru oleh Turki harus berarti sanksi baru," kata Menendez di Twitter.

Pejabat AS pada Hari Minggu meminta Turki untuk menahan diri dari membeli senjata tambahan Rusia, mengatakan langkah itu, yang dapat memperdalam keretakan antara dua sekutu NATO, serta memicu sanksi baru AS.

"Kami terus menjelaskan kepada Turki, setiap pembelian senjata baru Rusia yang signifikan akan berisiko memicu sanksi CAATSA 231 terpisah dari dan di samping yang diberlakukan pada Desember 2020," terang juru bicara Departemen Luar Negeri, merujuk pada Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi 2017 .

Juru bicara itu juga mengatakan, Amerika Serikat menganggap Turki sebagai sekutu dan teman dan mencari cara untuk memperkuat kemitraan mereka, bahkan ketika kami tidak setuju.

Seperti diketahui, pembelian awal S-400 oleh Turki membuat hubungan mereka tegang dengan AS dan memicu hukuman.

Langkah itu mendorong Washington untuk menghapus Turki dari program jet generasi baru F-35 Lightning II sebelum kemudian menjatuhkan sanksi kepada Presidensi Industri Pertahanan (SSB), kepala Turki, Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya pada Bulan Desember.

AS berpendapat, sistem tersebut dapat digunakan oleh Rusia untuk secara diam-diam mendapatkan rincian rahasia pada jet Lockheed Martin F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem NATO. Turki, bagaimanapun, menegaskan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.

Sementara, Presiden Erdogan menjelaskan, Turki tidak diberi opsi untuk membeli rudal Patriot buatan Amerika dan bahwa AS belum mengirimkan jet tempur siluman F-35 meskipun ada pembayaran sebesar 1,4 miliar dolar AS.