Setelah Afghanistan, Presiden Erdogan Ingin Tentara Amerika Serikat Keluar dari Suriah dan Irak
Ilustrasi konvoi militer Amerika Serikat dan Turki di Suriah (Wikimedia Commons/Combined Joint Task Force/Operation Inherent Resolve/Spc. Arnada Jones)

Bagikan:

JAKARTA - Turki ingin Amerika Serikat menarik tentaranya dari negara lain, kawasan yang sama di mana tentara Amerika Serikat angkat kaki dari Afghanistan, sebut Presiden Recep Tayyip Erdogan menanggapi pertanyaan CBS News.

Presiden Erdogan secara khusus menyebut Suriah dan Irak sebagai dua negara di mana Washington harus mengakhiri kehadiran militernya. Menurut Presiden Turki, langkah itu akan mempromosikan perdamaian di wilayah tersebut.

"Tentu saja, jika saya punya pilihan, saya ingin mereka keluar dari Suriah dan Irak. Sama seperti cara mereka menarik diri dari Afghanistan. Karena jika kita akan melayani perdamaian di seluruh dunia, itu tidak lagi berarti. untuk tetap berada di bagian dunia itu. Kita bisa meninggalkan orang-orang itu, membiarkan administrasi itu mengambil keputusan sendiri," sebut Presiden Erdogan mengutip Sputnik News 26 September.

Ketika ditanya oleh pembawa acara CBS, apakah dirinya pernah mengangkat masalah kemungkinan penarikan dari Suriah dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Erdogan mengatakan dia tidak pernah bertanya kepada POTUS tentang hal ini ketika mereka bertemu di Brussels. Presiden Erdogan menambahkan, mereka berdua fokus pada pembicaraan mengenai Afghanistan ketika itu.

Amerika Serikat dan negara-negara NATO lainnya menarik diri dari Afghanistan pada akhir Agustus, menyusul pengumuman Presiden Biden tentang rencana untuk mengakhiri perang hampir 20 tahun di negara itu.

Meskipun diumumkan beberapa bulan sebelumnya, penarikan itu digambarkan oleh pengamat sebagai 'kacau' karena kekurangan Barat dalam mengevakuasi warga negara mereka, serta warga sipil Afghanistan yang pernah membantu mereka.

Namun, pasukan Amerika Serikat masih dikerahkan di Irak, meskipun beberapa upaya untuk menarik mereka keluar sejak dimulainya serangan Amerika Serikat terhadap negara itu, dan di Suriah.

Washington tidak pernah menerima mandat Dewan Keamanan PBB atau 'permintaan' dari Damaskus untuk mengirim pasukannya ke negara tersebut. Sebaliknya, Pemerintah Suriah menyebut kehadiran pasukan Amerika Serikat di tanahnya dan keterlibatannya dalam ekstraksi dan ekspor sumber daya alamnya ilegal.