Isyaratkan Operasi Darat di Suriah dan Turki: Presiden Erdogan Sebut Belum Bicara dengan AS-Rusia, Sempat Bertemu Biden di Bali
Presiden Erdogan saat bertemu Presiden Biden di sela-sela KTT G20 di Bali. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan pada Hari Senin belum berkomunikasi dengan Amerika Serikat dan Rusia, saat ia mengisyaratkan operasi darat di Irak utara dan Suriah utara untuk menghilangkan ancaman teroris, menegaskan Turki tidak akan tinggal diam melawan terorisme.

"Kami belum melakukan percakapan dengan (Presiden AS Joe) Biden atau (Presiden Rusia Vladimir) Putin mengenai operasi ini. Namun, baik Biden maupun Putin sudah mengetahuinya kita dapat melakukan hal-hal seperti itu di wilayah ini kapan saja," terang Presiden Erdogan seperti melansir Daily Sabah 21 November.

Presiden Erdogan mengenang kesepakatan Sochi antara Turki dan Rusia untuk menyingkirkan teroris YPG/PKK dari timur laut Suriah yang berbatasan dengan Turki.

"Mereka memiliki tanggung jawab untuk membersihkan teroris dari daerah tersebut. Sayangnya, meskipun kami mengingatkan mereka berkali-kali, mereka tidak melakukannya," kata Presiden Erdogan.

"Kami mengatakan bahwa kami tidak akan tinggal diam terhadap hal ini. Kami akan mengambil langkah melawan teroris di sana, jika mereka tidak dapat melakukannya," tegasnya.

Lebih jauh dikatakannya, Turki bersama Amerika Serikat di NATO, tapi sayangnya Washington telah mengirim ribuan peralatan, amunisi dan senjata ke zona teror di Suriah.

operasi militer turki dan amerika serikat
Ilustrasi militer Amerika Serikat dan Turki di Suriah. (Wikimedia Commons/Staff Sgt. Andrew Goedl)

PKK adalah organisasi teroris yang terlarang di Amerika Serikat, Turki dan Uni Eropa. Tetapi, dukungan Washington untuk afiliasinya di Suriah, YPG, telah menjadi tekanan besar pada hubungan bilateral dengan Ankara.

YPG telah menguasai sebagian besar Suriah timur laut setelah pasukan pemimpin rezim Suriah Bashar Assad mundur pada tahun 2012. AS bermitra dengan teroris YPG di timur laut Suriah dalam perjuangannya melawan kelompok teroris ISIS. Di sisi lain, Turki sangat menentang kehadiran YPG di Suriah utara.

Presiden Erdogan mengatakan, Ia sempat berbicara dengan Presiden Biden di sela-sela KTT G20 di Bali pekan lalu.

"Saya mengatakan kepadanya, 'Kami bersama Anda di NATO, kami adalah dua sekutu penting. Karena ancaman seperti itu datang kepada kami dari selatan, Anda menempatkan kami dalam masalah dengan memberi dukungan untuk organisasi teroris di sini. Tentu saja, kita tidak bisa hidup dengan masalah ini. Bila perlu, kita harus memberikan jawaban yang diperlukan untuk mereka'," kata Presiden Erdogan.

"Tentu saja, mereka tidak bisa mengatakan apa-apa. Kami telah melakukan apa yang diperlukan saat ini, kami sedang melakukannya dan kami akan terus melakukannya," tandasnya.

Presiden Erdogan mengatakan, AS dan Rusia gagal memenuhi komitmen mereka untuk menyediakan zona aman di wilayah perbatasan. Pada Oktober 2019, Rusia menyatakan komitmen untuk mengeluarkan kelompok teroris dari Tal Rifaat dan Manbij setelah mencapai kesepakatan dengan Turki selama Operasi Peace Spring 2019.

Moskow juga berjanji para teroris akan disingkirkan 30 kilometer dari perbatasan di jalan M4 dan di area di luar area Operasi Peace Spring.

Demikian pula, Wakil Presiden AS ketika itu, Mike Pence, berjanji kepada Turki, kelompok teroris YPG/PKK akan mundur dari wilayah Operasi Peace Spring.

presiden erdogan dan presiden biden
Presiden Biden saat bertemu Presiden Erdogan di sela-sela KTT G20 di Bali. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Diberitakan sebelumnya, Presiden Erdogan mengisyaratkan operasi darat ke Irak dan Suriah untuk memberantas teroris yang mengancam keamanan mereka.

"Pertama-tama, operasi di Irak utara dan Suriah utara ini bukanlah operasi yang dilakukan dengan pemikiran acak dengan mengatakan 'siapa yang akan mengatakan apa?' atau 'bagaimana itu bisa terjadi?'" kata Presiden Erdogan.

"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, jika seseorang mengganggu negara dan tanah kami, kami akan membuat mereka membayar harganya. Jadi, ada organisasi teroris di selatan kami yang merencanakan banyak serangan atau melakukan serangan semacam itu dan menimbulkan ancaman (kepada Turki)," jelas Presiden Erdogan di pesawat kepresidenan saat kembali dari Qatar.

Pernyataan Presiden Erdogan muncul setelah Turki meluncurkan Operasi Claw-Sword pada Minggu pagi, kampanye udara lintas batas melawan kelompok teroris PKK dan cabang Suriahnya YPG, yang memiliki tempat persembunyian ilegal melintasi perbatasan Irak dan Suriah, di mana mereka merencanakan serangan di tanah Turki.

"Ini tidak terbatas hanya pada operasi udara," Presiden Erdogan menekankan, menambahkan bahwa unit terkait akan melakukan konsultasi dan mengambil langkah yang sesuai.

Operasi udara Turki mengikuti serangan teroris Hari Minggu lalu di Jalan Istiklal yang ramai di Istanbul, menewaskan sedikitnya enam orang dan menyebabkan 81 lainnya luka-luka.