JAKARTA - Amerika Serikat mengutuk serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran terhadap wilayah Kurdi di Irak utara, yang dikabarkan menyebabkan satu orang tewas.
Nabaz Abdulhamid, Wali Kota Erbil, ibu kota kawasan itu mengatakan kepada outlet berita Kurdi Rudaw, kelompok oposisi Iran-Kurdi menjadi sasaran serangan Senin pagi di perbatasan gubernuran Erbil.
Korps Pengawal Revolusi (IRGC), pasukan elite angkatan bersenjata Iran mengklaim serangan tersebut di situs media sosial Telegram.
"Seorang anggota peshmerga tewas dalam serangan Iran di daerah Koysinjaq (Koya)," terang, seorang pejabat dari Partai Demokratik Kurdistan Iran (PDKI), mengutip Arab News dari AFP 21 November.
PDKI mengatakan drone dan rudal juga menyerang sebuah kamp pengungsi. Organisasi itu tidak menyebutkan adanya korban.
"Kami mengutuk rudal lintas perbatasan Iran malam ini dan serangan kendaraan udara tak berawak di dekat Erbil, Irak," kata CENTCOM, markas besar militer AS di Timur Tengah, Senin, melansir The National News.
Adapun Departemen kontra-terorisme Kurdistan Irak sebelumnya mengatakan "Korps Pengawal Revolusi Iran telah kembali membombardir partai-partai Kurdi Iran" Minggu malam, tanpa menyebutkan apakah ada korban.
Pada Hari Sabtu, Esmail Ghaani, seorang komandan Pasukan Quds Iran, berada di Baghdad di mana dia dilaporkan memperingatkan Iran dapat melakukan serangan darat ke wilayah semi-otonom Kurdi di Irak untuk menargetkan pembangkang Kurdi, yang disalahkan Iran karena mengobarkan kerusuhan.
Sekitar 400 pengunjuk rasa dan 50 anggota pasukan keamanan tewas selama protes di Iran dua bulan terakhir, dipicu oleh kematian wanita Kurdi-Iran Mahsa Amini (22) saat berada di tahanan polisi moral, lantaran dinilai tidak berpakaian sesuai ketentuan.
Demonstran awalnya menyerukan lebih banyak hak perempuan, sebelum menuntut kondisi kehidupan yang lebih baik di tengah inflasi tinggi dan kekurangan barang-barang kebutuhan pokok.
Serangan itu menyusul serangkaian serangan rudal dan drone di wilayah Kurdi pekan lalu, yang juga menargetkan PDKI di Koya, menewaskan sedikitnya dua orang.
PDKI mengatakan Iran telah menargetkannya dengan rudal dan drone bunuh diri di Koya dan Jejnikan, dekat Irbil, ibu kota Kurdistan Irak.
"Serangan tanpa pandang bulu ini terjadi pada saat rezim teroris Iran tidak dapat menghentikan demonstrasi yang sedang berlangsung di Kurdistan (Iran)," kata PDKI, partai Kurdi tertua di Iran.
Sementara itu, kelompok nasionalis Kurdi Iran Komala mengatakan serangan juga menargetkan instalasinya di Irak utara.
"Markas kami sekali lagi diserang oleh Rezim Islam malam ini. Kami telah mempersiapkan dengan hati-hati untuk jenis serangan ini & tidak mengalami kerugian untuk saat ini," katanya di Twitter.
BACA JUGA:
Serangan-serangan itu dikecam secara luas oleh PBB dan pemerintah Irak sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.
"Irak tidak boleh digunakan sebagai arena penyelesaian masalah dan integritas teritorialnya harus dihormati," kata PBB.
Diketahui, Koya telah berulang kali menjadi sasaran serangan Iran dan terkena salvo rudal Iran pada tahun 2018, yang menghantam kantor PDKI, menewaskan 18 orang.