Militer Filipina Sebut China 'Ambil Paksa' Benda Terapung di Laut China Selatan
Ilustrasi kapal perang Filipina. (Wikimedia Commons/Mass Communication Specialist 1st Class Rawad Madanat)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah kapal penjaga pantai China pada Hari Minggu "secara paksa mengambil" sebuah benda terapung yang ditarik oleh kapal Filipina di Laut China Selatan, dengan memotong tali yang mengikatnya ke kapal, kata seorang komandan militer Filipina.

Otoritas angkatan laut Filipina mengirim sebuah kapal untuk memeriksa objek terapung itu, setelah terlihat pada Minggu pagi sekitar 800 yard (730 meter) barat pulau Thitu, Wakil Laksamana Alberto Carlos, komandan Komando Barat (WESCOM) mengatakan dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 21 November.

Tim mengikat benda itu ke perahu mereka dan mulai menariknya, sebelum kapal penjaga pantai China mendekat dan memblokir jalur mereka dua kali, kemudian mengerahkan perahu karet yang memotong tali penarik, membawa benda itu kembali ke kapal penjaga pantai, kata pernyataan itu.

Pernyataan itu tidak mengatakan apa benda itu, atau apakah kapal penjaga pantai China menunjukkan mengapa mengambil benda itu.

Kedutaan Besar China di Filipina tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Insiden itu terjadi ketika Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris tiba di Filipina pada Minggu, untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menghidupkan kembali hubungan dengan Manila, sekutu Asia yang penting bagi upaya Washington untuk melawan kebijakan China yang semakin tegas terhadap Taiwan.

Wakil Presiden Harris, yang perjalanan tiga harinya termasuk singgah di Palawan, sebuah pulau di tepi Laut China Selatan, juga akan menegaskan kembali dukungan Washington untuk putusan pengadilan internasional 2016, yang membatalkan klaim ekspansif China di jalur air yang disengketakan itu, kata seorang pejabat senior AS.

Diketahui, China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, jalur air strategis yang dilalui barang bernilai miliaran dolar setiap tahun. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim.

Thitu, yang dikenal orang Filipina sebagai Pagasa, dekat dengan Subi Reef, salah satu dari tujuh pulau buatan di Spratly tempat China memasang rudal darat-ke-udara dan senjata lainnya.

Selain itu, Thitu, salah satu dari sembilan fitur yang ditempati Filipina di Kepulauan Spratly, adalah pos terpenting negara Asia Tenggara yang paling strategis di Laut Cina Selatan.

Terpisah, Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan dalam sebuah pernyataan, pihaknya akan melakukan peninjauan menyeluruh atas insiden tersebut, sedang menunggu laporan rinci dari lembaga penegak hukum maritim.