Bakal Bertemu dengan Presiden Biden di Glasgow, Presiden Erdogan Fokus Bahas Jet Tempur F-35
Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Пресс-служба Президента Российской Федерации)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada hari Rabu mengatakan masalah program jet tempur F-35 akan menjadi topik utama pada pertemuannya yang akan datang dengan Presiden AS Joe Biden.

Presiden Erdogan mengatakan, pertemuan itu rencananya akan diadakan di Glasgow, Skotlandia di sela-sela konferensi iklim PBB (COP26), yang akan dimulai pada 31 Oktober. Ini akan menjadi pertemuan kedua sejak Joe Biden dilantik pada Januari tahun ini.

Turki, produsen dan pembeli F-35, dikeluarkan dari program tahun lalu karena pembelian sistem pertahanan udara S-400 Triumf Rusia pada 2019. Kondisi yang dinilai Angkara tidak hadir, menuntut penggantian untuk investasi senilai 1,4 miliar dolar Amerika Serikat.

Presiden Erdogan mengatakan, Washington menawarkan paket jet F-16 dan kit modernisasi kepada Ankara sebagai imbalan atas pembayaran tersebut.

"Informasi yang kami terima adalah bahwa ada semacam rencana pembayaran dengan mereka," jelas Presiden Erdogan mengenai F-16, mengutip Daily Sabah 27 Oktober.

Masalah F-35 akan menjadi topik terpenting dalam pertemuan dengan Biden, katanya dalam penerbangan kembali dari kunjungan ke Azerbaijan.

Ankara diketahui telah memesan lebih dari 100 jet tempur siluman F-35, yang dibuat oleh Lockheed Martin, sementara industri pertahanannya telah menjadi pemain terkemuka dalam pengembangan dan pembuatan pesawat.

Presiden Erdogan menambahkan, dia akan memiliki kesempatan untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah Washington bersedia mengembalikan uang itu melalui pengiriman F-16.

"Apakah ini benar atau tidak, kami akan mencari tahu dari mereka. Akan baik bagi saya untuk membicarakan hal ini dengan Presiden Joe Biden di tingkat tertinggi. Jika demikian, kami akan membuat kesepakatan dalam hal itu," paparnya.

Untuk diketahui, setiap penjualan militer Negeri Paman Sam harus disetujui oleh Kongres AS, yang dikenal dengan sikap anti-Turki yang telah berulang kali merusak hubungan bilateral.

Terpisah, anggota parlemen AS dari Partai Demokrat dan Republik telah mendesak pemerintahan Presiden Biden untuk tidak menjual F-16 ke Turki, mengatakan mereka yakin Kongres akan memblokir ekspor semacam itu.

Dalam sebuah surat kepada Presiden Biden dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, 11 anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengutip "rasa keprihatinan yang mendalam" tentang laporan baru-baru ini, terkait Turki dapat membeli 40 F-16 Lockheed Martin baru dan 80 kit modernisasi F-16.

"Menyusul pengumuman Presiden Erdogan pada September, Turki akan membeli tahap tambahan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, kami tidak dapat mengkompromikan keamanan nasional kami, dengan mengirimkan pesawat buatan AS ke sekutu perjanjian yang terus berperilaku seperti musuh," anggota parlemen menulis.

Glasgow akan menjadi tuan rumah konferensi iklim COP26 yang dibuka pada Hari Minggu dan berlangsung hingga 12 November. Presiden Erdogan sebelumnya mengatakan, dia mungkin bertemu Biden di KTT G-20 di Roma pada akhir bulan ini.

"Agenda Roma dan Glasgow tampaknya telah berubah. Kami kemungkinan akan bertemu di Glasgow, bukan di Roma," sebut Presiden Erdogan. Kedua pemimpin terakhir bertemu di sela-sela pertemuan puncak NATO di Brussels, Belgia pada Juni lalu.

Untuk diketahui, kemitraan puluhan tahun antara Washington dengan Ankara yang merupakan sekutu NATO, telah mengalami gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir, karena ketidaksepakatan tentang banyak masalah, termasuk Suriah dan hubungan lebih dekat Ankara dengan Moskow.

Awal bulan ini, Ketua Kepresidenan Industri Pertahanan (SSB) Ismail Demir mengatakan, Turki dapat membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 dan Su-57 Rusia jika AS membekukan penjualan pesawat tempur F-16.

Terpisah, Washington berpendapat sistem rudal udara S-400 dapat digunakan oleh Rusia, untuk secara diam-diam mendapatkan rincian rahasia pada jet F-35 dan disebut tidak kompatibel dengan sistem NATO. Meski, Turki menegaskan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.

Pembelian S-400 telah memicu sanksi AS. Pada Desember 2020, Washington memasukkan SSB, kepala Demir, dan tiga karyawan lainnya ke daftar hitam.