Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengkritik Barat pada Hari Selasa, lantaran menolak untuk menjual sistem pertahanan udara ke Turki ketika anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membutuhkannya.

Dalam pidatonya di Berlin, Gabriel, yang sekarang menjabat sebagai ketua lembaga think tank Atlantik Brucke mengatakan, dia telah bekerja keras untuk meningkatkan hubungan antara Turki dan Barat.

Menggarisbawahi ia telah menentang penolakan tawaran Turki untuk pengadaan sistem pertahanan udara, termasuk sistem Patriot buatan AS, ia mencatat sistem ini bersifat defensif dan tidak dapat digunakan untuk menyerang negara lain.

"Akibatnya Turki memutuskan untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia, keputusan yang sulit bagi negara NATO," kata Gabriel, melansir Daily Sabah 16 Maret.

Dia menekankan, Barat harus berhati-hati untuk menjaga hubungannya dengan Ankara dan melakukan yang terbaik untuk menjaga negara itu tetap berada di dalam blok Barat.

Diketahui, pembelian awal S-400 oleh Turki dari Rusia membuat hubungan mereka tegang dengan Amerika Serikat. Langkah itu mendorong Washington untuk menghapus Turki dari program jet generasi baru F-35 Lightning II.

Tak hanya itu, Amerika Serikat juga mengancam akan menjatuhkan sanksi baru jika Turki membeli lebih banyak sistem senjata utama dari Moskow. Dalih AS, sistem tersebut dapat digunakan oleh Rusia secara diam-diam untuk mendapatkan rincian rahasia pada jet Lockheed Martin F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem NATO.

Sementara, Turki membantah sekaligus menegaskan, sistem pertahanan udara S-400 yang mereka beli, tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.

Pembicaraan sebelumnya tentang pembelian Patriot buatan AS oleh Turki gagal karena sejumlah masalah, mulai dari S-400 hingga ketidakpuasan Ankara dengan persyaratan Washington. Turki mengatakan hanya akan menyetujui tawaran jika itu mencakup transfer teknologi dan persyaratan produksi bersama.

Menyoroti signifikansi geopolitik Turki, Gabriel mengatakan, sementara kebijakan Ankara dapat dikritik, dia tetap bersikeras negara yang tersisa di blok Barat menguntungkan semua pihak dalam hubungan tersebut.