'Berujung Pahit': Menanti Sejak 2008 Sampai Diperangi Rusia, Presiden Zelensky Akui Ukraina Tidak Dapat Gabung NATO
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Sumber: Facebook Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky)

Bagikan:

JAKARTA - Penantian panjang Ukraina untuk bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), serta tiga minggu diperangi Rusia 'berakhir pahit' dengan Presiden Volodymyr Zelensky mengakui negaranya tidak dapat bergabung dengan pakta tersebut.

Presiden Zelensky mengatakan Ukraina harus menerima tidak akan menjadi anggota NATO, mengisyaratkan konsesi kunci potensial ke Rusia, yang menuntut jaminan seperti itu sebelum meluncurkan invasi mematikannya tiga minggu lalu.

Berbicara kepada pejabat militer Pasukan Ekspedisi Gabungan yang dipimpin Inggris dalam pesan video pada Hari Selasa, Presiden Ukraina, yang telah memenangkan pujian di seluruh dunia atas tindakannya selama perang, mengatakan itu adalah 'kebenaran; bahwa mereka tidak akan bergabung dengan aliansi militer.

"Ukraina bukan anggota NATO. Kami mengerti itu. Kami telah mendengar selama bertahun-tahun pintu terbuka, tetapi kami juga mendengar kami tidak dapat bergabung. Itu adalah kebenaran dan harus diakui," kata Zelensky, seperti melansir Independent 16 Maret.

Menjelang perang, Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut jaminan Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota NATO. Moskow telah mengulangi permintaan tersebut sejak pasukannya memasuki Ukraina, juga meminta Kyiv untuk menandatangani perjanjian netralitas dan mengakui kemerdekaan republik pro-Rusia di timur negara itu.

Ukraina secara konsisten meminta perlindungan NATO selama perang, terutama dalam bentuk zona larangan terbang, tetapi ini adalah pertama kalinya Presiden Zelensky mengakui bahwa Kyiv tidak akan bergabung dengan aliansi tersebut.

Menanggapi komentar presiden Ukraina, juru bicara resmi PM Inggrus Boris Johnson mengatakan: "Yang penting adalah pemerintah Ukraina memutuskan apa yang menurut mereka cocok. Mereka seharusnya tidak memiliki keputusan yang dipaksakan kepada mereka."

"Tentu saja, kami ingin solusi damai dapat dicapai tetapi harus dengan persyaratan yang disetujui oleh pemerintah Ukraina dan mereka tidak boleh dipaksa untuk melakukannya. Perdana menteri tetap berpandangan bahwa keanggotaan NATO adalah hak negara-negara demokratis, tetapi negara-negara itu yang memutuskan."

Diberitakan sebelumnya, bergabungnya Ukraina dengan NATO serta penyebaran rudal pakta tersebut di Eropa Timur, menjadi kekhawatiran Moskow yang memicu perdebatan dengan Kyiv. Ukraina bukan anggota NATO tetapi memiliki janji sejak tahun 2008, akan diberikan kesempatan untuk bergabung, sebuah langkah yang akan membawa aliansi pimpinan AS ke perbatasan Rusia.

Negara Barat membuat kesalahan dengan menjanjikan Ukraina keanggotaan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell mengatakan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV LCI.

"Ada saat-saat di mana kami bisa bereaksi lebih baik. Misalnya, kami mengusulkan hal-hal yang tidak dapat kami jamin, khususnya aksesi Ukraina ke NATO. Ini tidak pernah terwujud. Saya pikir itu adalah kesalahan untuk membuat janji yang tidak dapat kami penuhi," ujar Borell melansir TASS.

Kepala diplomasi Eropa itu juga mengakui, negara-negara Barat telah melakukan kesalahan dalam membangun hubungan dengan Rusia.

"Dengan demikian, kami kehilangan kesempatan untuk membawa Rusia lebih dekat ke Barat untuk mencegahnya," tandasnya.