Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turkir Recep Tayyip Erdogan menyebut keinginan bulat Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Triumf besutan Rusia, sebanding dengan risiko ketegangan yang ditimbulkan antara Ankara dengan Washington.

Turki berencana menambah sistem pertahanan udara S-400 Triumf dengan pemesanan gelombang kedua, kendati Amerika Serikat mengancam akan memperpanjang sanksi terhadap Turki

"Kami membeli senjata kami sendiri," kata Presiden Erdogan, seperti mengutip TASS dari New York Times 30 September.

Menurut New York Times, pemimpin Turki itu menunjukkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan mantan Presiden AS Donald Trump telah menegaskan kembali hak Turki untuk memilih pemasok senjata.

Menurutnya, seandainya AS menjual sistem pertahanan rudal Patriot untuk Turki, Ankara "tidak perlu membeli S-400."

Ketika ditanya apakah tindakan Turki sepadan dengan ketegangan dengan Washington, presiden Turki menjawab dengan tegas. "Saya pikir itu layak. Kami dapat memperkuat pertahanan kami sesuka kami," tegas Presiden Erdogan.

s-400
Rudal sistem pertahanan udara S-400 besutan Rusia. (Wikimedia Commons/Mil.ru/Юрий Шипилов)

Sebelumnya, Kantor Ketua Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat Robert Menendez mengatakan Rabu lalu, sanksi diamanatkan oleh undang-undang untuk entitas apa pun yang melakukan bisnis signifikan dengan militer atau sektor intelijen Rusia.

"Setiap pembelian baru oleh Turki harus berarti sanksi baru," kata Menendez di Twitter, mengutip Daily Sabah 28 September.

Pejabat AS pada Hari Minggu meminta Turki untuk menahan diri dari membeli senjata tambahan Rusia, mengatakan langkah itu, yang dapat memperdalam keretakan antara dua sekutu NATO, serta memicu sanksi baru AS.

"Kami terus menjelaskan kepada Turki, setiap pembelian senjata baru Rusia yang signifikan akan berisiko memicu sanksi CAATSA 231 terpisah dari dan di samping yang diberlakukan pada Desember 2020," terang juru bicara Departemen Luar Negeri, merujuk pada Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi 2017 .

Moskow dan Ankara menandatangani kontrak untuk pengiriman sistem S-400 pada tahun 2017. Turki menjadi negara NATO pertama yang membeli sistem ini dari Rusia, mengundang reaksi negatif dari Amerika Serikat dan NATO pada umumnya.

Secara khusus, Washington mengatakan bahwa keputusan Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia membuat keterlibatannya yang berkelanjutan dengan F-35 menjadi tidak mungkin.

Langkah itu mendorong Washington untuk menghapus Turki dari program jet generasi baru F-35 Lightning II sebelum kemudian menjatuhkan sanksi kepada Presidensi Industri Pertahanan (SSB), kepala Turki, Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya pada Bulan Desember.

Untuk diketahui, S-400 'Triumf' Rusia (versi NATO: SA-21 Growler) adalah sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh dan menengah terbaru yang mulai beroperasi pada tahun 2007. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal jelajah dan balistik, juga dapat digunakan melawan instalasi darat. S-400 dapat menyerang target pada jarak hingga 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km di bawah tembakan dan gangguan musuh yang intensif.