Bagikan:

JAKARTA - Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi pada Hari Rabu mengatakan, wafatnya Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran dalam kecelakaan helikopter, membuat pembicaraan peningkatan kerja sama Iran dengan badan itu tertunda.

"Mereka berada dalam masa berkabung dan saya harus menghormatinya," kata Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Grossi di Helsinki, saat ia berbicara pada konferensi nuklir, melansir Reuters 22 Mei.

"Tetapi setelah masalah ini selesai, kami akan melakukan tindakan lagi," katanya, menggambarkannya sebagai "gangguan sementara yang saya harap akan selesai dalam beberapa hari".

Lebih lanjut Grossi mengatakan, IAEA berencana untuk melanjutkan diskusi teknis dengan Iran tetapi hal itu belum terlaksana, karena kecelakaan helikopter akhir pekan lalu yang menewaskan Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.

IAEA menghadapi serangkaian tantangan di Iran, mulai dari larangan Teheran baru-baru ini terhadap banyak ahli pengayaan uranium yang paling berpengalaman dalam tim inspeksinya, hingga kegagalan Iran dalam menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di lokasi yang tidak diumumkan, meskipun IAEA telah melakukan penyelidikan selama bertahun-tahun.

IAEA telah berusaha memperluas pengawasannya terhadap aktivitas atom Iran, sementara program pengayaan uranium negara itu terus berjalan.

Iran sendiri dikatakan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, mendekati 90 persen kualitas senjata, yang belum pernah dilakukan negara mana pun tanpa mengembangkan senjata nuklir. Teheran mengatakan tujuannya sepenuhnya untuk tujuan damai.

Iran saat ini memiliki sekitar 140 kg uranium yang diperkaya hingga 60 persen, kata Grossi. Menurut definisi IAEA, secara teoritis jumlah tersebut cukup, jika diperkaya lebih lanjut, untuk membuat tiga bom nuklir.

Laporan triwulanan terakhir IAEA pada Bulan Februari menyebutkan Iran memiliki 121,5 kg, cukup untuk dua bom.

Grossi juga mengatakan, Iran masih memproduksi sekitar sembilan kg uranium per bulan yang diperkaya hingga 60 persen. Teheran juga melakukan pengayaan ke tingkat yang lebih rendah, sehingga memiliki cukup bahan untuk berpotensi membuat lebih banyak bom.