Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengatakan, ia siap bertemu dengan pemerintahan baru Iran dan melanjutkan perundingan untuk mencapai hasil yang objektif mengenai isu-isu pengamanan yang tersisa.

Grossi menyampaikan hal tersebut pada pembukaan pertemuan triwulanan Dewan Gubernur IAEA pada Hari Senin di Wina, Austria yang akan digelar hingga 13 September mendatang.

Ia berharap dapat mengadakan pembicaraan dengan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Bulan November untuk meningkatkan kerja sama Iran dengan badannya.

Beberapa masalah yang sudah berlangsung lama mengganggu hubungan antara Iran dan Badan Tenaga Atom Internasional, termasuk pelarangan Teheran terhadap pakar pengayaan uranium dalam tim inspeksi, kegagalannya selama bertahun-tahun untuk menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di lokasi yang tidak diumumkan.

"Dia (Pezeshkian) setuju untuk bertemu dengan saya pada saat yang tepat," kata Grossi, melansir Reuters 10 September.

"Saya mendorong Iran untuk memfasilitasi pertemuan semacam itu dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga kita dapat membangun dialog yang konstruktif yang mengarah dengan cepat pada hasil nyata," sambungnya.

Dengan diplomasi nuklir yang sebagian besar terhenti antara pemilihan Presiden Iran dan Pemilu Amerika Serikat pada 5 November, Grossi mengatakan ia ingin segera membuat kemajuan nyata.

Ketika ditanya dalam konferensi pers apakah rujukannya pada "masa depan yang tidak terlalu jauh" berarti sebelum atau setelah pemilihan AS, Grossi berkata: "Tidak, semoga sebelum itu."

Resolusi dewan IAEA yang memerintahkan Iran untuk segera bekerja sama dalam penyelidikan jejak uranium, menyerukannya untuk mencabut larangan inspekturnya tidak membawa banyak perubahan. Laporan triwulanan IAEA yang dilihat oleh Reuters pada 29 Agustus tidak menunjukkan kemajuan.

Iran menanggapi resolusi terbaru pada Bulan Juni dengan mengumumkan perluasan kapasitas pengayaannya, memasang lebih banyak sentrifus, mesin yang memperkaya uranium, di situs Natanz dan Fordow-nya.

Di situs Fordow yang digali di gunung tempat pengayaan dilakukan hingga mencapai kemurnian 60 persen, mendekati 90 persen dari tingkat senjata, Iran memasang dua dari delapan kaskade baru, atau kluster, sentrifus IR-6 canggih dalam beberapa hari setelah memberi tahu IAEA tentang rencananya. Dua minggu kemudian, Iran memasang dua lagi.

Pada akhir kuartal, laporan IAEA terbaru menunjukkan Iran telah menyelesaikan pemasangan kedelapan kaskade baru, tetapi masih belum mengoperasikannya. Di situs bawah tanah yang lebih besar di Natanz, yang melakukan pengayaan hingga mencapai kemurnian 5 persen, Iran telah mengoperasikan 15 kaskade baru model canggih lainnya.

"Yang kami lihat adalah ada beberapa pekerjaan, tetapi tidak ada yang menunjukkan adanya peningkatan cepat dalam hal produksi pengayaan," kata Grossi.

Iran diketahui meningkatkan pekerjaan nuklir sejak 2019, setelah Presiden AS saat itu Donald Trump membatalkan perjanjian yang dicapai di bawah pendahulunya Barack Obama, di mana Iran setuju untuk membatasi kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Diplomat Barat mengatakan ada rencana untuk melakukan pembicaraan mengenai pembatasan baru, jika calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris memenangkan Pilpres AS.