China Usir Kapal Perusak Rudal Amerika Serikat dari Laut China Selatan
Kapal Amerika Serikat USS Curtis Wilbur. (Wikimedia Commons/U.S Navy/Photographer's Mate Airman Dustin Howell)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas keamanan China pada mengumumkan pihaknya berhasil mengusir sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) yang secara ilegal diklaim memasuki teritorialnya, Kamis 20 Mei.

Dalam sebuah pernyataan, Komando Teater Selatan militer China mengatakan USS Curtis Wilbur (DDG-54) memasuki perairan dekat Pulau Paracel, Laut China Selatan yang termasuk wilayah mereka tanpa izin. 

"Kapal dan pesawat kami kami mengikuti kapal perang AS dan mengusirnya. China menentang tindakan AS yang melanggar kedaulatan, merusak peramaian dan stabilitas regional," ujar Komando Teater Selatan Militer China dalam pernyataannya, seperti melansir Reuters Kamis 20 Mei.

Namun, Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan, kapal itu 'menegaskan hak navigasi dan kebebasan' di dekat Pulau Paracel, di mana China, Taiwan dan Vietnam semuanya mengklaim kedaulatannya.

"Komentar militer China tentang misi itu salah. USS Curtis Wilbur (DDG-54) tidak 'diusir' dari wilayah negara mana pun," kilah Angkatan Laut AS.

"USS Curtis Wilbur melakukan Operasi Kebebasan Navigasi (FONOP), ini sesuai dengan hukum internasional dan kemudian melanjutkan operasi normal di perairan internasional," sambung kementerian tersebut.

Untuk diketahui, Ketegangan antara China dengan Taiwan beberapa bulan belakangan meningkat, seiring dengan kehadiran kapal perang dan jet tempur milik China di dekat wilayah Taiwan. 

Awal bulan lalu, China mengirim Kelompok Tempur Kapal Induk Liaoning untuk menggelar latihan di dekat perairan Taiwan. Sepekan kemudian, 15 pesawat China, termasuk 12 pesawat tempur mendekati zona pertahanan udara Taiwan.

Angkatan Laut China menyebut, pengiriman Kapal Induk Liaoning, kapal induk pertama di jajaran militer China, untuk melakukan latihan melindungi kedaulatan China di perairan tersebut.  

Sebagai respon, Kapal Perusak Rudal USS John S. McCain (DDG-56) empat kali merapat di Selat Taiwan sepanjang Februari - April lalu. Kendati mendapat kecaman dari China, Amerika Serikat akan tetap menghadirkan militernya di kawasan tersebut.