Sebut Joe Biden dan Donald Trump Berbeda, Wamenlu Rusia: Dulu Tidak Begini
Presiden Joe Biden (Wikimedia Commons/Chairman of the Joint Chiefs of Staff) dan Donald Trump. (Wikimedia Commons/Gage Skidmore)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump berbeda secara signifikan, dalam hal pendekatan dan gaya politik mereka, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov dalam sebuah wawancara dengan majalah Urusan Internasional.

“Ada perbedaan besar (antara pemerintahan). Dalam banyak aspek, mereka berlawanan, tetapi tidak dalam arti orang melihat prioritas dan kepentingan AS secara berbeda. Sebaliknya, di sinilah (pemerintahan AS saat ini dan sebelumnya) bertepatan, tetapi metodologi, pendekatan, gaya, genre, presentasi, semuanya berbeda sekarang," ujarnya mengutip TASS Selasa 13 Juli.

Menurut Ryabkov, 'tekanan ultra-konservatif' dari pemerintahan sebelumnya memberi jalan kepada 'pendekatan komprehensif dan ideologis untuk melindungi kepentingan Amerika, yang sangat khas dari Partai Demokrat AS'. 

Ryabkov mencatat, selama KTT Jenewa, Swiss bulan lalu, AS menjelaskan Moskow dan Washington memiliki nilai yang berbeda. "Dulu tidak seperti ini, tetapi intinya sama: Moskow dipandang sebagai saingan geopolitik di banyak bidang, Moskow dipandang sebagai sumber kekhawatiran ketika menyangkut dominasi tanpa syarat Amerika di dunia," ujar diplomat senior tersebut.

biden putin
(ki-ka) Menlu AS Antony Blinken, Presiden Joe Biden, Presiden Vladimir Putin dan Menlu Rusia Sergei Lavrov dalam pertemuan di Jenewa, Swiss.  (Sumber: tangkapan layar Kremlin.ru)

Dia menekankan, terlalu dini untuk menunjukkan perbedaan nyata dalam pendekatan pemerintahan Donald Trump dan Joe Biden dan membuat kesimpulan. Menurutnya, ini yang menjadi penyebab Presiden Vladimir Putin dan pejabat senior Rusia lainnya mengatakan perlu waktu, sebelum menilai ada-tidaknya perkembangan positif dalam hubungan bilateral kedua negara. 

"Di bawah pemerintahan Donald Trump, tidak ada apa pun di balik retorika yang kadang-kadang positif, selain dari upaya untuk memeras sebanyak mungkin, bisa dikatakan. Tentu saja, keengganan kami terhadap kebijakan ini sangat jelas, dan hubungan tidak membaik, mereka hanya memburuk," kritiknya. 

Dalam kesempatan yang sama, Ryabkov juga mengomentari  penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Menurutnya, Moskow dan Washington akan berdiskusi mengenai konsekuensi penarikan pasukan tersebut. 

"Situasinya ambivalen. Saya pikir berdasarkan serangkaian alasan politik, geopolitik, dan politik domestik, Amerika Serikat pada akhirnya akan bergerak untuk mengurangi kehadiran militernya di Afghanistan. Ini akan memiliki konsekuensi multidimensi, kami mendiskusikan ini semua dengan Amerika," paparnya.

Dikatanya olehnya, ada saluran untuk dialog antara Rusia dan AS di berbagai tingkatan. Secara khusus, utusan khusus kedua negara untuk Afghanistan mempertahankan kontak dekat, dan menteri luar negeri Rusia dan menteri luar negeri AS kadang-kadang membahas masalah ini. Ryabkov juga mengatakan bahwa topik ini telah disinggung pada KTT Putin-Biden yang diselenggarakan di Jenewa.

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin dan Presiden Joe Biden mengadakan pertemuan pertama mereka di Jenewa, Swiss pada 16 Juni lalu. Dalam sebuah pernyataan bersama, para pemimpin menekankan,  kedua belah pihak berencana untuk meluncurkan dialog bilateral yang komprehensif tentang stabilitas strategis, yang akan substantif dan kuat. 

Sementara, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan  KTT Jenewa telah memberikan kesempatan untuk pekerjaan yang lebih produktif di bidang pengendalian senjata.