Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyebut uji coba penembakan rudal jelajah jarak jauh terbaru milik Korea Utara akhir pekan lalu, menimbulkan ancaman bagi tetangga dengan analis memperkirakan rudal tersebut bisa membawa hulu ledak nuklir.

AS melalui komando militernya mengatakan pada Hari Minggu waktu setempat, uji coba penembakan rudal yang dilakukan oleh Korea Utara selama akhir pekan menimbulkan 'ancaman' bagi negara tetangga dan sekitarnya.

"Kegiatan ini menyoroti fokus berkelanjutan DPRK (Korea Utara) pada pengembangan program militernya, serta ancaman yang ditimbulkan terhadap tetangganya dan komunitas internasional," kata Komando Indo-Pasifik AS (USINDOPACOM) dalam sebuah pernyataan, menggunakan nama resmi Korut, mengutip CNA Senin 13 September.

Pernyataan Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, Amerika Serikat akan terus memantau situasi dan berkonsultasi erat dengan sekutu dan mitra koalisinya di akwasan tersebut, yakni Korea Selatan dan Jepang, sekaligus membuktikan komitmen untuk membangun pertahanan yang kuat.

Media pemerintah Korea Utara melaporkan pada Senin pagi waktu setempat, negara itu telah melakukan uji coba penembakan rudal jelajah jarak jauh baru pada Hari Sabtu dan Minggu, di tengah kebuntuan panjang dengan Amerika Serikat mengenai program nuklirnya.

Rudal tersebut menempuh jalur penerbangan 1.500 km, termasuk pola angka delapan, di atas Korea Utara dan perairan teritorialnya untuk mencapai target mereka, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Korea Utara berada di bawah sanksi internasional untuk senjata nuklir dan program rudal balistiknya, yang dikatakan perlu dipertahankan dari invasi AS. Namun, Pyongyang tidak dilarang mengembangkan rudal jelajah, yang telah diuji sebelumnya.

"Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran 'strategis'. Ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir," sebut Ankit Panda, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, mengutip Reuters.

Tidak jelas apakah Korea Utara telah menguasai teknologi yang dibutuhkan untuk membangun hulu ledak yang cukup kecil untuk dibawa pada rudal jelajah, tetapi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan awal tahun ini, mengembangkan bom yang lebih kecil adalah tujuan utama.

Terpisah, Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies mengatakan, rudal jelajah serangan darat jarak menengah merupakan ancaman yang tidak kalah dari rudal balistik dan merupakan kemampuan yang cukup serius bagi Korea Utara.

"Ini adalah sistem lain yang dirancang untuk terbang di bawah radar pertahanan rudal atau di sekitarnya," tulis Lewis di Twitter.

Rudal jelajah dan rudal balistik jarak pendek yang dapat dipersenjatai dengan bom konvensional atau nuklir sangat mengganggu kestabilan jika terjadi konflik karena tidak jelas jenis hulu ledak yang mereka bawa, kata para analis.