Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan AS Lloyd James Austin III mengatakan, klaim dan tindakan China di Indo-Pasifik mengancam kedaulatan negara-negara di sekitar kawasan tersebut, sambil menggaris bawahi Washington berkomitmen membangun kemitraan dengan yang menjamin kepentinagn vital dengan semua negara.

"Klaim Beijing atas sebagian besar Laut China Selatan tidak memiliki dasar dalam hukum internasional. Pernyataan itu menginjak kedaulatan negara-negara di kawasan itu," kata Austin dalam pidatonya di Institut Internasional untuk Studi Strategis di Singapura, Selasa kemarin seperti mengutip CNN Rabu 28 Juli.

Dengan China mengklaim wilayah seluas 1,3 juta mil persegi di Laut China Selatan sebagai miliknya, bertentangan dengan hukum internasional, Austin menyebut kekeraskepalaan China meluas ke luar Luat China Selatan.

"Keengganan Beijing untuk menyelesaikan perselisihan secara damai dan menghormati supremasi hukum tidak hanya terjadi di atas air. Kami juga telah melihat agresi terhadap India, aktivitas militer yang tidak stabil dan bentuk-bentuk pemaksaan lainnya terhadap rakyat Taiwan, serta genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. terhadap Muslim Uighur di Xinjiang," papar Austin

amerika serikat
Kapal Amerika Serikat USS Curtis Wilbur (DDG-54) yang beberapa kali merapat di Selat Taiwan, membuat China geram. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Photographer’s Mate 3rd Class Todd Frantom)

Terlepas dari daftar itu, Austin mengatakan AS tidak mencari konflik militer dengan Beijing. Kendati, ia menyebut AS tidak gentar dan pada bersamaan juga tidak ingin berkonflik dengan Negeri Tirai Bambu.

"Kami tidak akan tidak ketika kepentingan kami terancam. Namun kami tidak mencari konfrontasi. Biar saya perjelas, saya berkomitmen untuk mengejar hubungan yang konstruktif dan stabil dengan China," tukasnya.

Pada kenyataannya, enam bulan setelah Pemerintahan Presiden Joe Biden berjalan, hubungan antara Washington dan Beijing, yang memburuk dalam beberapa tahun terakhir, lebih berbatu dari sebelumnya. Ketegangan saat ini disorot sehari sebelumnya dalam perang kata-kata antara diplomat senior kedua negara selama pembicaraan di Tianjin, China.

Delegasi AS yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan pejabat lainnya. 

Departemen Luar Negeri menyebut pertemuan itu "terus terang dan terbuka", kode diplomatik untuk pertempuran kecil, melukis Beijing sebagai outlier internasional yang merusak norma-norma internasional.

Beijing, yang menggambarkan pembicaraan itu sebagai "mendalam dan jujur", menanggapi dengan banyak kecaman, dengan para pejabat China menyatakan ketidak puasan kebijakan Washington yang menyebut China sangat berbahaya, serta menyebut Amerika Serikat munafik terhadap hak asasi manusia.

china
Ilustrasi armada Angkatan di Laut China Selatan. (Sumber: defensesitrep.tumblr.com)

Mengenai Laut China Selatan, di mana AS menggelar operasi Kebebasan Navigasi dengan kapal perang AS melintasi wilayah yang diklaim China, bahkan menggelar latihan rutin di kawasan tersebut. Sementara, China menyebut langkah tersebut membuat ketidakstabilan dan menginjak-injak kedaulatan mereka.

Washington menurut Lloyd Austin, melihat operasi itu sebagai komitmennya terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan penting untuk mendukung sekutu dan mitra AS di seluruh kawasan. Austin pun mendorong kemitraan tersebut dalam pidato hari Selasa.

"Jaringan aliansi dan persahabatan kami adalah aset strategis yang tak tertandingi. Amerika Serikat dan kawasan ini lebih aman dan lebih makmur, ketika kita bekerja sama dengan sekutu dan mitra kita," ungkap Austin.

Austin mengatakan AS tidak meminta negara-negara Indo-Pasifik untuk memilih antara Beijing dan Washington, tetapi bersatu untuk menyelesaikan masalah regional dan global, termasuk pandemi COVID-19 dan perubahan iklim.

Menanggapi pernyataan Austin dan kehadirannya di Asia Tenggara. China berusaha mengecilkan apa yang bisa diraihnya dari kunjungan ke kawasan ini.

“Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan bagi Washington untuk memperkuat hubungannya dengan Asia Tenggara,” Hu Bo, direktur Inisiatif Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan yang didukung Beijing, menulis dalam sebuah artikel di Global Times yang dikelola pemerintah.

"Sulit bagi Washington untuk memanfaatkan negara-negara Asia Tenggara dalam hal ekonomi, diplomasi, dan perang melawan COVID-19. Satu-satunya yang dapat ditawarkan Washington adalah kerja sama keamanan dan pertahanan," tulis Hu.

"Washington telah memanfaatkan kekhawatiran beberapa negara Asia Tenggara tentang kebangkitan China dan meningkatkan teori 'ancaman China', sehingga mempererat hubungan dengan negara-negara ini," pungkas.