Soroti Ancaman Rusia dan China, Presiden Biden Sebut Serangan Dunia Maya Bisa Picu Perang Terbuka
Presiden Joe Biden. (Wikimedia Commons/The White House)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan peringatan, serangan dunia maya yang diarahkan ke mereka, bisa memicu perang bersenjata di dunia nyata, menyoroti ancaman nyata ditimbulkan Rusia dan China dalam pernyataannya Selasa 27 Juli waktu setempat.

Keamanan siber menjadi agenda utama Pemerintahan Biden, setelah serangkaian serangan tingkat tinggi terhadap entitas seperti perusahaan manajemen jaringan SolarWinds, perusahaan Colonial Pipeline, perusahaan pemrosesan daging JBS, dan perusahaan perangkat lunak Kaseya.

Serangan yang disebut lebih merugikan AS jauh lebih dari sekadar perusahaan diretas. Bahkan, beberapa serangan memengaruhi pasokan bahan bakar dan makanan di beberapa bagian Amerika Serikat.

"Saya pikir kemungkinan besar kita akan berakhir, jika kita berakhir dalam perang, perang penembakan nyata dengan kekuatan besar, itu akan menjadi konsekuensi dari pelanggaran dunia maya dengan konsekuensi besar dan meningkatkan kemampuan secara eksponensial," terang Presiden Biden saat mengunjungi Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI), seperti mengutip Reuters Rabu 28 Juli.

Dalam pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa, Swiss pada 16 Juni lalu, Presiden Biden membagikan daftar infrastruktur penting yang dianggap AS terlarang bagi aktor negara-bangsa.

Sejak itu, anggota senior tim keamanan nasional Pemerintahan Presiden Biden telah melakukan kontak terus-menerus dengan anggota senior Kremlin mengenai serangan dunia maya di Amerika Serikat, kata Gedung Putih.

Biden juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh China, merujuk pada Presiden Xi Jinping yang sangat berambisi menjadikan China memiliki kekuatan militer dan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2040.

Selama pidatonya kepada sekitar 120 karyawan ODNI dan pejabat kepemimpinan senior, Presiden Biden juga berterima kasih kepada anggota badan intelijen AS, menekankan kepercayaannya pada pekerjaan yang mereka lakukan dan mengatakan dia tidak akan memberikan tekanan politik pada mereka. ODNI sendiri mengawasi 17 organisasi intelijen AS.

"Saya tidak akan pernah mempolitisir pekerjaan yang Anda lakukan. Anda memegang kata-kata saya tentang itu. Itu terlalu penting bagi negara kita," tegasnya.

Komentar Presiden Biden menawarkan perbedaan yang jelas dari pernyataan yang dibuat oleh pendahulunya Donald Trump, yang memiliki hubungan kontroversial dengan badan-badan intelijen.

Termasuk mengenai masalah-masalah seperti penilaian Rusia telah ikut campur untuk membantu Trump memenangkan Pemilihan Presiden AS 2016 dan perannya dalam mengungkapkan DonaldTrump menekan Ukraina untuk menyelidiki Joe Biden.

Untuk diketahui, selama masa pemerintahannya yang hanya empat tahun, mantan Presiden Donald Trump memiliki empat direktur definitif maupun penjabat direktur intelijen nasional AS.