Vladimir Putin Lontarkan Ancaman Nuklir, Presiden Biden Bilang Tidak Ada yang Mengancam Rusia
Presiden Joe Biden di Majelis Umum PBB. (Twitter/@POTUS)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menuduh Rusia membuat ancaman 'sembrono' dan 'tidak bertanggung jawab' untuk menggunakan senjata nuklir, mengatakan Moskow telah melanggar prinsip inti keanggotaan PBB dengan menyerang Ukraina.

Berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Presiden Biden mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin karena memulai perang tanpa alasan, dengan sekitar 40 anggota PBB membantu Ukraina berperang melalui pendanaan dan senjata.

Sebelumnya pada Hari Rabu, Presiden Putin memerintahkan mobilisasi Rusia untuk berperang di Ukraina, membuat ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir.

"Sekali lagi, baru hari ini, Presiden Putin telah membuat ancaman nuklir terbuka terhadap Eropa, dengan mengabaikan tanggung jawab rezim nonproliferasi," kata Presiden Biden, melansir Reuters 22 September.

"Perang nuklir tidak bisa dimenangkan dan tidak boleh diperangi," tegasnya.

Lebih jauh, Presiden Biden mengatakan tidak ada yang mengancam Rusia, meskipun klaimnya sebaliknya, bahwa hanya Rusia yang mencari konflik.

Dia menggunakan pengaturan PBB untuk menggarisbawahi pandangannya, bahwa Moskow telah melanggar nilai-nilai badan tersebut.

"Seorang anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerbu tetangganya, berusaha menghapus negara berdaulat dari peta. Rusia tanpa malu-malu melanggar prinsip inti Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," kritik Presiden Biden.

"Perang ini adalah tentang memadamkan hak Ukraina untuk hidup sebagai negara, sederhana, dan hak Ukraina untuk hidup sebagai masyarakat," terangnya.

Terpisah, misi Rusia untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Presiden Biden. Sementara, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berada di New York untuk pertemuan PBB, seorang wakil duta besar Rusia untuk PBB berada di ruangan saat Presiden Biden berpidato.

Diketahui, Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua dalam pidato televisi pagi hari, dengan mengatakan tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang tidak hanya melawan Ukraina, tetapi juga para pendukung Baratnya.