Bagikan:

JAKARTA - Rusia dan negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat sempat saling tuding terkait ketegangan nuklir bulan lalu, dengan pemimpin kedua negara saling sindir.

Bulan lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menanggapi retorika permusuhan Barat terkait senjata pemusnah massal dengan menekankan bahwa Moskow tidak mengancam siapa pun dengan senjata nuklir.

Doktrin Militer Rusia menetapkan, Moskow hanya akan menggunakan senjata nuklirnya sebagai tanggapan atas agresi negara lain dengan penggunaan senjata pemusnah massal, atau ketika keberadaan Rusia terancam.

Dilansir dari Sputnik News 9 November, Rusia saat ini dikatakan memiliki total 5.977 hulu ledak nuklir, dengan sekitar 1.426 di antaranya yang dikerahkan.

Sementara untuk 'mengirimkannya', Rusia memiliki 513 wahana pengiriman yang mencakup rudal balistik antarbenua (ICBM), pengebom strategis, kapal selam bertenaga nuklir hingga kendaraan luncur hipersonik.

tu-160 tupolev
Pesawat pengebom strategis Rusia Tupolev Tu-160. (Wikimedia Commons/Alex Beltyukov)

Dari jajaran ICBM, Rusia memiliki Sarmat, Yars dan Topol yang bisa digunakan angkatan bersenjata negara itu untuk melakukan serangan balasan sesuai dengan doktrin militer yang dianut.

Rusia juga memiliki pengebom jarak jauh Tupolev Tu-160 dan Tu-95, kapal selam kelas Borei yang dilengkapi dengan rudal Bulava, hingga kendaraan luncur hipersonik Avangard dan Kinzhal.

Sedangkan untuk kekuatan nuklir taktis yang lebih simpel, Rusia dapat memanfaatkan peluru artileri, sistem rudal darat dan kapal, sistem anti-rudal, ranjau laut hingga torpedo.

Jangan lupakan juga sistem rudal balistik jarak pendek bergerak Iskander-M dapat membawa hulu ledak nuklir taktis dengan jangkauan 500 kilometer (310 mil).

Setiap rudal tersebut mampu membawa sebagian muatan nuklir yang setara dengan 50 kiloton TNT. Sebagai perbandingan, selama pengeboman Hiroshima oleh AS tahun 1945, sebuah bom udara 13 kiloton digunakan.

Kendaraan pengiriman terkait senjata nuklir taktis juga terdiri dari versi modern dari pengebom Tu-22M3 serta jet tempur Su-24M dan Su-34.

rudal topol
Rudal balistik antar-benua Topol milik Rusia. (Wikimedia Commons/Vitaly V. Kuzmin)

Dengan operasi militer khusus Moskow di Ukraina yang sedang berlangsung, Inggris telah berulang kali menuduh Rusia mengembangkan rencana untuk menggunakan senjata nuklir taktis terhadap tetangga terdekatnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada Sputnik, tuduhan Washington tidak berdasar dan Barat meningkatkan retorika nuklirnya untuk mencoba membuat masyarakat internasional percaya, Moskow sedang bersiap untuk meluncurkan serangan nuklir taktis ke Ukraina.

"Di tengah peristiwa yang terjadi di Ukraina, Amerika Serikat dan negara-negara yang bergantung padanya secara aktif memperkenalkan retorika nuklir ke dalam sirkulasi. Mereka mencoba menyajikannya seolah-olah negara kita sedang bersiap untuk meluncurkan serangan menggunakan senjata pemusnah massal. Sekali lagi, kami harus menjelaskan, Rusia tidak mengancam siapa pun dengan penggunaan senjata nuklir," tegas Ryabkov.

Presiden Rusia Vladimir Putin, pada bagiannya, menggarisbawahi, bahwa Kremlin tidak pernah mengatakan apa pun "secara proaktif" dalam hal penggunaan senjata nuklirnya.

Dia menekankan, spekulasi tentang dugaan ancaman nuklir Moskow digunakan oleh Barat untuk mempengaruhi negara-negara yang memiliki sikap lebih ramah terhadap Rusia.

Akhir bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan skeptis terhadap komentar Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa dia tidak berniat menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

"Jika dia tidak punya niat, mengapa dia terus membicarakannya? Mengapa dia berbicara tentang kemampuan menggunakan senjata nuklir taktis?" Presiden Biden mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NewsNation, melansir Reuters.