JAKARTA - Korea Utara kembali menembakkan rudal balistik jarak pendek ke arah laut timurnya pada Hari Rabu, memperpanjang rentetan demonstrasi senjata baru-baru ini termasuk apa yang digambarkan sebagai serangan simulasi terhadap target Korea Selatan dan Amerika Serikat pekan lalu.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Seoul mengatakan, rudal itu diluncurkan dari kota barat Sukchon, utara ibukota, Pyongyang, terbang melintasi negara itu menuju perairan di lepas pantai timur Korea Utara.
Peluncuran itu juga terdeteksi oleh militer Jepang, yang mengatakan rudal itu terbang sekitar 250 kilometer (155 mil) pada ketinggian maksimum 50 kilometer (30 mil).
Lintasan yang relatif rendah tampaknya selaras dengan karakteristik penerbangan dari beberapa senjata jarak pendek terbaru Korea Utara, yang dirancang untuk menghindari pertahanan rudal.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan, rudal itu mendarat di perairan di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara itu, melansir Korea Times 9 November.
Dia mengatakan, aktivitas pengujian intensif Korea Utara secara signifikan meningkatkan ketegangan regional, dengan Tokyo mengajukan protes kepada Korea Utara melalui kedutaan mereka di Beijing.
Peluncuran itu dilakukan setelah Korea Utara menembakkan lusinan rudal pekan lalu, sebagai reaksi kemarahan terhadap latihan udara gabungan besar-besaran antara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang digambarkan oleh Korea Utara sebagai latihan invasi.
Militer Korea Utara mengatakan pada Hari Senin, peluncurannya minggu lalu adalah simulasi untuk 'tanpa ampun' menyerang target utama Korea Selatan dan AS, seperti pangkalan udara dan sistem komando operasi.
Pyongyang juga menyebut peluncuran tersebut sebagai tanggapan atas latihan udara gabungan Seoul dan Washington, "Vigilant Storm", yang berakhir Sabtu lalu, melibatkan sekitar 240 pesawat tempur, termasuk pengebom supersonik B-1B dan jet tempur canggih F-35.
Peluncuran Hari Rabu juga dilakukan saat penghitungan suara dalam pemilihan paruh waktu AS sedang berlangsung. Beberapa ahli sebelumnya mengatakan, hasil Pemilihan AS kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan Pemerintahan Presiden Joe Biden tentang Korea Utara.
Sebelumnya, militer Korea Selatan pada Hari Rabu juga mengatakan puing-puing yang ditemukan dari salah satu rudal Korea Utara yang terbang ke selatan pekan lalu, dinilai sebagai senjata jadul era Uni Soviet yang berasal dari tahun 1960-an.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, analisis dari puing-puing sepanjang 3 meter (9,8 kaki) yang diambil dari perairan dekat perbatasan laut timur Korea pada Hari Minggu menunjukkan, itu adalah salah satu dari rudal SA-5 Korea Utara.
BACA JUGA:
Kementerian mengatakan, rudal serupa digunakan oleh militer Rusia untuk melakukan serangan darat selama invasi ke Ukraina. Rudal itu, yang merupakan salah satu dari lebih dari 20 rudal yang ditembakkan Korea Utara pekan lalu.
"Korea Utara ingin menunjukkan jangkauan teknologi rudal mereka melalui tes ini, tetapi tidak semua peluncuran harus mengungkapkan kemajuan teknologi terbaru," terang Soo Kim, seorang analis keamanan dari RAND Corporation yang berbasis di California.
"Mungkin kepentingan Korea Utara untuk menyimpan beberapa kemampuan modernnya sebagai cadangan, mengujinya pada kesempatan yang tepat. Kim, sekali lagi, memainkan permainan yang lebih lama, jadi untuk mengungkapkan semua kartunya, berbagai jenis rudal dan kemampuan yang diperoleh negaranya, tidak akan menguntungkannya," tandasnya.