Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara kembali meluncurkan rudal jarak jauh pada Hari Senin, setelah peluncuran rudal pada Minggu malam, menjadikan negara itu mencatat peluncuran terbanyak dalam setahun.

Korea Utara menembakkan rudal jarak jauh ke Laut Timur pada Hari Senin, kata militer Korea Selatan, dalam peluncuran yang diduga rudal balistik antarbenua (ICBM) kelima tahun ini.

Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan, pihaknya mendeteksi rudal tersebut ditembakkan dari wilayah Pyongyang pada pukul 08:24 waktu setempat dengan sudut tinggi dan terbang sekitar 1.000 kilometer sebelum mendarat di Laut Timur, seperti melansir The Korea Times 18 Desember.

Belum diketahui seberapa tinggi rudal tersebut melesat dan apakah rudal tersebut menggunakan bahan bakar padat, namun analisis mendalam saat ini sedang dilakukan, kata JCS.

"Sambil meningkatkan kesiapan kewaspadaan kami, militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh dengan berbagi data mengenai ‘rudal balistik Korea Utara’ secara erat dengan Amerika Serikat dan Jepang," kata JCS dalam keterangannya kepada wartawan.

Sedangkan Kementerian Pertahanan Jepang melaporkan rudal itu terbang tersebut selama 73 menit, sedangkan pada peluncuran Bulan Juli terbang selama 74 menit. Rudal tersebut mencapai ketinggian maksimum lebih dari 6.000 km (3.728 mil) dan jatuh ke laut sebelah barat Hokkaido di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Rudal ICBM memiliki potensi untuk menempuh jarak lebih dari 15.000 km (9.300 mil), yang berarti dapat menjangkau mana saja di Jepang dan daratan Amerika Serikat, kata Wakil Menteri Pertahanan Parlemen Jepang Shingo Miyake, dikutip dari Reuters.

Peluncuran ini menandai peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) kelima yang dilakukan Korea Utara pada tahun ini, yang merupakan jumlah peluncuran ICBM terbanyak dalam satu tahun.

Korea Utara menembakkan ICBM Hwasong-15 dan Hwasong-17, masing-masing pada Bulan Februari dan Maret. Mereka menguji coba bahan bakar padat Hawsong-18 pada Bulan April dan melakukan tes kedua pada Bulan Juli.

JCS menyebut peluncuran terbaru ini sebagai pelanggaran yang "jelas" terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi rudal balistik, berjanji untuk mempertahankan kesiapan untuk merespons “secara berlebihan” terhadap setiap provokasi.

Diketahui, peluncuran pada Hari Senin terjadi beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan rudal jarak pendek dari Pyongyang pada Hari Minggu pukul 22:38 waktu setempat. Rudal itu terbang sekitar 570 kilometer sebelum jatuh ke Laut Timur, menurut JCS.