Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua dan Jarak Pendek, Picu Alarm Peringatan di Jepang
Ilustrasi uji coba rudal ICBM Hwasong-17 Korea Utara. (Sumber: KCNA)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara kembali menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM), dua yang diduga jarak pendek (SRBM) ke arah Laut Timur pada hari Kamis, kata militer Korea Selatan.

Kepala Staf Gabungan (JCS) militer Korea Selatan mengatakan, pihaknya mendeteksi apa yang diduga sebagai peluncuran ICBM dari daerah Suan di Pyongyang sekitar pukul 07.40 waktu setempat, serta penembakan dua rudal balistik jarak pendek dari Kaechon di Provinsi Pyongan Selatan dari sekitar 08:39 waktu setempat, melansir Korea Times 3 November.

Provokasi itu terjadi sehari setelah Korea Utara menembakkan sekitar dua lusin rudal, termasuk satu yang terbang melintasi perbatasan laut de facto dengan Korea Selatan untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Korea 1950-53.

Salah satu rudal yang diluncurkan memicu peringatan kepada penduduk di bagian tengah dan utara Jepang untuk mencari perlindungan.

Penduduk Prefektur Miyagi, Yamagata dan Niigata di Jepang utara diperingatkan pada Hari Kamis untuk mencari perlindungan di dalam ruangan, menurut Sistem Penyiaran Darurat J-Alert, mengutip Reuters.

Peringatan itu mengatakan sebuah rudal telah terbang di atas dan melewati Jepang. Kementerian Pertahanan Jepang kemudian mengatakan rudal itu tidak terbang di atas wilayah Jepang.

Sekitar 25 menit setelah peluncuran pertama kali dilaporkan, Penjaga Pantai Jepang mengatakan rudal itu jatuh. Rudal itu mendarat di Samudra Pasifik 1.100 kilometer (680 mil) timur Jepang, lapor penyiar FNN, mengutip sumber-sumber pemerintah.

Kantor berita Yonhap melaporkan rudal pertama melewati tahap pemisahan, menunjukkan itu mungkin senjata jarak jauh seperti rudal balistik antarbenua (ICBM).

Sekitar satu jam setelah peluncuran pertama, militer Korea Selatan dan penjaga pantai Jepang melaporkan peluncuran kedua dari Korea Utara. Penjaga pantai Jepang kemudian melaporkan kemungkinan peluncuran ketiga.

Peluncuran itu dilakukan setelah Pyongyang menuntut Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar, dengan mengatakan "ketergesaan dan provokasi militer tidak dapat lagi ditoleransi".