Tepis Pernyataan Presiden Biden, Vladimir Putin: Tidak Masuk Akal dan Tidak Ada Alasan Berperang dengan NATO
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Sumber: Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin menepis pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden soal kemungkinan serangan negaranya terhadap wilayah negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menilainya tidak masuk akal.

"Ini benar-benar tidak masuk akal. Saya yakin Presiden Biden menyadari hal ini, ini hanyalah kiasan untuk mendukung strateginya yang salah melawan Rusia," katanya dalam wawancara dengan Rossiya-1, seperti melansir TASS 17 Desember.

Presiden Biden dalam permohonannya kepada Partai Republik untuk tidak menghalangi tambahan bantuan militer untuk Ukraina awal bulan ini memperingatkan, jika Rusia menang di Ukraina, maka pemimpin Rusia Putin tidak akan berhenti dan akan menyerang NATO.

Perang Rusia Ukraina yang pecah tahun 2022 memicu krisis terdalam dalam hubungan Moskow dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962, dengan Presiden Biden tahun lalu memperingatkan konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia akan memicu Perang Dunia Ketiga.

"Rusia tidak punya alasan, tidak ada kepentingan – tidak ada kepentingan geopolitik, baik ekonomi, politik atau militer – untuk berperang dengan negara-negara NATO, kata Presiden Putin, dikutip dari Reuters.

Aliansi NATO yang dipimpin AS didirikan pada tahun 1949 untuk memberikan keamanan Barat terhadap Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, wilayah ini diperluas hingga mencakup beberapa negara bekas Uni Soviet dan Pakta Warsawa.

Presiden Putin telah berulang kali menyebut perluasan NATO pasca Perang Dingin sebagai bukti arogansi Barat dalam menangani masalah keamanan Rusia.

Ia mengatakan, masuknya Finlandia ke dalam NATO pada Bulan April akan memaksa Rusia untuk "mengkonsentrasikan unit militer tertentu" di Rusia utara dekat perbatasan mereka.

Diketahui, berdasarkan Pasal 5 perjanjian NATO, "Para pihak sepakat bahwa serangan bersenjata terhadap satu atau lebih negara di Eropa atau Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap mereka semua".