Puji Pengorbanan Warga Ukraina, Paus Fransiskus: Begitu Mulia dan Mati Syahid
Paus Fransiskus. (Wikimedia Commons/Paris Orlando)

Bagikan:

JAKARTA - Paus Fransiskus memikirkan tindakan untuk menggunakan senjata nuklir adalah 'kegilaan', saat Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat dia tidak menggertak tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir.

Paus Fransiskus yang berbicara di hadapan orang banyak untuk audiensi umumnya di Lapangan Santo Petrus juga mengatakan, warga Ukraina menjadi sasaran kebiadaban, kekejaman dan penyiksaan, menyebut mereka sebagai orang 'bangsawan' yang menjadi martir.

Paus pun memuji Kazakhstan, negara yang dikunjunginya pekan lalu, lantaran berani menyerahkan senjata nuklirnya sejak merdeka dari Uni Soviet tahun 1991 silam.

"Ini berani. Pada saat dalam perang tragis ini di mana beberapa orang memikirkan senjata nuklir, yang gila, negara ini mengatakan 'tidak' untuk senjata nuklir sejak awal," ujar Paus, melansir Reuters 21 September.

Diketahui, Presiden Putin memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua, mendukung rencana untuk mencaplok sebagian besar Ukraina, memperingatkan Barat bahwa dia tidak menggertak ketika mengatakan siap menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia.

Paus, yang tidak menyebut nama Rusia atau Putin, mengatakan kepada orang banyak tentang percakapan yang dia lakukan pada Hari Selasa dengan Kardinal Konrad Krajewski, kepala amalnya yang memberikan bantuan di Ukraina.

Media Vatikan mengatakan Krajewski, yang berkebangsaan Polandia, harus lari dan berlindung setelah mendapat tembakan ringan pekan lalu, saat memberikan bantuan dengan seorang uskup Katolik, seorang uskup Protestan dan seorang tentara Ukraina.

Dikatakan dia juga mengunjungi kuburan massal di luar Izium, yang terletak di wilayah timur laut Ukraina.

"Dia (Krajewski) memberi tahu saya tentang rasa sakit orang-orang ini, tindakan biadab, kengerian, tubuh tersiksa yang mereka temukan. Mari kita bersatu dengan orang-orang ini, begitu mulia dan mati syahid," tutur Paus.

Sebelumnya, pejabat Ukraina mengatakan mereka telah menemukan ratusan mayat, beberapa dengan tangan terikat di belakang, terkubur di wilayah yang direbut kembali dari pasukan Rusia.  Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut penemuan itu sebagai bukti kejahatan perang.

Rusia sendiri secara konsisten membantah pasukannya telah melakukan kejahatan perang, sejak menginvasi Ukraina pada Februari.

Pada Hari Senin, Kremlin menolak tuduhan pelanggaran semacam itu di wilayah Kharkiv, tempat Izium berada, sebagai 'kebohongan'.

Terpisah, dari 111 mayat warga sipil yang digali pada Rabu, empat menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, Serhiy Bolvinov, kepala polisi investigasi di wilayah Kharkiv, mengatakan kepada Reuters di tempat pemakaman.