Kecam Invasi Rusia ke Ukraina, Paus Fransiskus: Ini Bukan Operasi Militer, Tapi Perang yang Menabur Kematian
Paus Fransiskus. (Wikimedia Commons/Paris Orlando)

Bagikan:

JAKARTA - Paus Fransiskus pada Hari Minggu menolak penggunaan istilah 'operasi militer khusus' oleh Rusia untuk invasinya ke Ukraina, dengan mengatakan negara itu sedang dilanda perang dan mendesak untuk segera mengakhiri pertempuran.

"Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir. Ini bukan hanya operasi militer, tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan," kata paus dalam pidato mingguannya kepada orang banyak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, melansir Reuters 7 Maret.

Komentar tersebut adalah yang paling kuat yang pernah disampaikan Paus tentang kekerasan tersebut meskipun, seperti yang terjadi selama konflik, dia tidak mengutuk Rusia dengan menyebut namanya.

Sebaliknya, ia mengulangi seruannya untuk perdamaian, penciptaan koridor kemanusiaan dan kembalinya negosiasi.

"Di negara yang mati syahid itu, kebutuhan akan bantuan kemanusiaan meningkat dari waktu ke waktu. Perang itu gila, tolong hentikan," pinta Paus Fransiskus.

Sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Paus Fransiskus pergi sendiri ke Kedutaan Besar Rusia untuk menyampaikan keprihatinannya, suatu penyimpangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari protokol diplomatik biasa.

Sejak awal Rusia, Presiden Putin mengatakan operasi militernya tidak dirancang untuk menduduki wilayah, tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai penguasa nasionalis yang berbahaya.

Lebih banyak orang dari biasanya berkumpul di depan Basilika Santo Petrus untuk penampilan Paus hari Minggu, beberapa memegang bendera perdamaian multi-warna serta bendera biru dan kuning Ukraina.

"Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian," ungkap Paus, menambahkan dua kardinal Katolik Roma telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan, yakni Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada.

Terpisah, Andriy Yurash, duta besar Ukraina untuk Vatikan, mengatakan kepada Reuters bahwa dia sangat, sangat senang Paus Fransiskus menyebut konflik itu sebagai perang.

"Bahkan jika Paus tidak mengucapkan kata 'Rusia', semua orang di dunia tahu siapa agresor yang menyerang kita dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini," ujarnya.

Untuk diketahui, dalam kesempatan tersebut Paus juga mengucapkan terima kasih kepada wartawan yang meliput pertempuran meskipun ada bahaya, untuk melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami.