JAKARTA - Paus Fransiskus kembali menyerukan perdamaian di Ukraina, mengimbau gencatan senjata Paskah di Ukraina, dengan rujukan yang jelas ke Rusia, mempertanyakan nilai menanam bendera kemenangan di tumpukan puing.
Paus Fransiskus berbicara pada akhir kebaktian Minggu Palma di hadapan sekitar 50.000 orang di Lapangan Santo Petrus, pertama kalinya sejak 2019 publik diizinkan untuk hadir, setelah dua tahun kebaktian yang diperkecil karena pembatasan COVID-19.
"Letakkan senjata! Biarkan gencatan senjata Paskah dimulai. Tapi bukan untuk mempersenjatai kembali dan melanjutkan pertempuran, tetapi gencatan senjata untuk mencapai perdamaian melalui negosiasi nyata yang terbuka untuk beberapa pengorbanan demi kebaikan rakyat," ujarnya dikutip dari Reuters 11 April.
"Dalam referensi yang jelas ke Rusia, dia berkata: Sebenarnya, kemenangan macam apa yang akan menjadi kemenangan yang menancapkan bendera di atas tumpukan puing?"
Paus Fransiskus sebelumnya membangkitkan kengerian perang dalam homilinya, berbicara tentang "para ibu yang berduka atas kematian suami dan anak yang tidak adil, pengungsi yang melarikan diri dari bom dengan anak-anak di tangan mereka, orang-orang muda kehilangan masa depan, tentara dikirim untuk membunuh saudara-saudara mereka".
Sejak perang dimulai di Ukraina, Fransiskus hanya menyebut Rusia secara khusus dalam doa, seperti dalam acara global khusus untuk perdamaian pada 25 Maret. Namun, ia merujuk ke Rusia dengan menggunakan istilah seperti invasi dan agresi.
Beberapa orang di kerumunan meletakkan bendera Ukraina kecil di ujung cabang zaitun mereka, dengan seorang wanita yang membaca salah satu doa di dekat altar mengenakan warna biru dan kuning bendera.
Di akhir kebaktian, Paus Fransiskus mengelilingi kerumunan sambil duduk di 'mobil Paus' berwana putih terbuka, sesuatu yang tidak dia lakukan selama tiga tahun pada Minggu Palma karena pandemi.
BACA JUGA:
Awal bulan ini, Paus Fransiskus mengutuk pembantaian Bucha, mengangkat bendera Ukraina yang dikirim kepadanya dari kota tempat mayat-mayat terikat ditembak dari jarak dekat, kuburan massal dan tanda-tanda eksekusi lainnya ditemukan.
"Berita terbaru dari perang di Ukraina, bukannya membawa kelegaan dan harapan, malah membawa kekejaman baru, seperti pembantaian Bucha," katanya di akhir audiensi mingguan di auditorium Vatikan, Rabu 6 April lalu.
"Kekejaman yang semakin menghebohkan, bahkan terhadap warga sipil, perempuan dan anak-anak yang tak berdaya. Mereka adalah korban yang darah tak berdosanya berteriak ke langit dan memohon: 'Hentikan perang ini! Biarkan senjata diam! Berhenti menabur kematian dan kehancuran'," tandas Paus Fransiskus.