JAKARTA - Paus Fransiskus prihatin dengan perkembangan yang terjadi dalam krisis Ukraina-Rusia, meminta semua pihak mengedepankan perdamaian, serta menyerukan puasa dan doa internasional untuk perdamaian pekan depan.
Dalam Audiensi Umum pada Hari Rabu, Paus Fransiskus membuat seruan yang tulus untuk perdamaian di Ukraina, dengan mengatakan ancaman perang telah menyebabkan "rasa sakit yang luar biasa di hati saya."
"Terlepas dari upaya diplomatik beberapa minggu terakhir, skenario yang semakin mengkhawatirkan terbuka, dengan banyak orang di seluruh dunia merasa sedih dan sakit," kata Paus dikutip dari Vatican News 24 Februari.
"Sekali lagi perdamaian semua terancam oleh kepentingan partisan," tegas Paus Fransiskus, seraya mengimbau mereka yang "memiliki tanggung jawab politik untuk memeriksa hati nurani mereka dengan serius di hadapan Tuhan, yang adalah Allah perdamaian dan bukan perang, yang adalah Bapa dari semua, bukan hanya sebagian, yang ingin kita menjadi saudara dan bukan musuh."
Dalam kesempatan tersebut, Paus juga berdoa agar "semua pihak yang terlibat menahan diri dari tindakan apa pun, yang akan menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi rakyat, mengacaukan koeksistensi antar negara dan membawa hukum internasional ke dalam keburukan."
Berbicara di akhir Audiensi Umum, Paus Fransiskus mengundang semua orang untuk menjadikan 2 Maret, Rabu Abu, sebagai hari puasa dan doa internasional untuk Perdamaian.
"Saya mendorong orang percaya dengan cara khusus untuk mendedikasikan diri mereka secara intens, untuk berdoa dan berpuasa pada hari itu," seru Paus Fransiskus.
Sementara itu, melansir Reuters, ini adalah kedua kalinya Fransiskus menyerukan hari doa internasional untuk perdamaian di Ukraina. Yang pertama pada 26 Januari lalu.
"Yesus mengajari kita bahwa kita harus menanggapi kekejaman yang kejam dari kekerasan dengan senjata Tuhan, dengan doa dan puasa," ujar Paus.
BACA JUGA:
Diketahui, Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Rusia secara terang-terangan melanggar hukum internasional dengan memerintahkan pasukan ke wilayah separatis Ukraina timur, mengakui wilayah Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri sebagai republik merdeka, seperti melansir Reuters.
Selain itu, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada dan Jepang mengumumkan rencana untuk menargetkan bank dan elite Rusia. Sementara, Jerman menghentikan proyek pipa gas besar dari Rusia, dalam salah satu krisis keamanan terburuk di Eropa dalam beberapa dekade.