JAKARTA - Aktivis hak asasi manusia Rusia dan mantan juara catur dunia Garry Kasparov, mendesak kekuatan dunia untuk mengadopsi strategi militer dan ekonomi yang lebih keras terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasinya ke Ukraina pada Hari Kamis.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Kasparov meminta negara-negara Barat untuk menarik duta besar mereka dari Moskow, mengeluarkan Rusia dari badan kepolisian global Interpol, memberlakukan zona larangan terbang di atas Ukraina.
"Rusia harus dilemparkan kembali ke Zaman Batu, untuk memastikan industri minyak dan gas dan industri sensitif lainnya yang penting untuk kelangsungan hidup rezim, tidak dapat berfungsi tanpa dukungan teknologi Barat," kata Kasparov, melansir Reuters 4 Maret.
Sanksi yang sejauh ini dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara NATO lainnya, telah mengisolasi Rusia ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk ekonomi sebesar itu.
Kasparov, mantan ketua Yayasan Hak Asasi Manusia yang berbasis di New York dan berperan aktif dalam gerakan protes oposisi anti-Kremlin ketika dia tinggal di Moskow mengatakan kepada Reuters, tidak akan ada perdamaian di wilayah itu sampai Presiden Putin dilengserkan dari kekuasaan.
"Daftar apa yang 'tidak akan pernah dilakukan' oleh Putin telah berkembang begitu lama. Dia telah melakukan kejahatan perang di luar imajinasi," katanya.
Kendati demikian, Kasparov juga membidik Presiden AS Joe Biden karena tidak mengambil tindakan lebih agresif terhadap Putin sebelumnya.
"Saya berharap orang Amerika akan merevisi strategi mereka dan akan menunjukkan kekuatan."
BACA JUGA:
Rusia dan Ukraina telah menyepakati perlunya membangun koridor kemanusiaan dan kemungkinan gencatan senjata di sekitar mereka untuk warga sipil Ukraina yang melarikan diri dari perang, kata perunding kedua belah pihak setelah pembicaraan pada hari Kamis. Pembicaraan putaran pertama yang diadakan di Belarus pada Hari Senin tidak menghasilkan kemajuan apa pun.
Untuk diketahui, ratusan tentara Rusia dan warga sipil Ukraina telah tewas sejak pasukan Rusia melintasi perbatasan pada 24 Februari. Dan, lebih dari 1 juta pengungsi telah keluar dari wilayah yang terdampak invasi, menurut PBB.