JAKARTA - Paus Fransiskus mengatakan perang di Ukraina ditandai oleh kekuatan jahat, karena meninggalkan kekejian seperti pembantaian terhadap warga sipil.
Paus Fransiskus membuat komentarnya kepada para peserta ziarah solidaritas antaragama dengan orang-orang Ukraina di Chernivtsi, Ukraina Barat yang diselenggarakan oleh Elijah Interfaith Institute yang berbasis di Israel.
"Saat ini membuat kami sangat bermasalah, karena ditandai oleh kekuatan jahat," katanya dalam pesan yang dibacakan atas namanya, melansir Reuters 13 April.
"Penderitaan yang menimpa begitu banyak orang yang lemah dan tidak berdaya, banyak warga sipil yang dibantai dan korban tak berdosa di kalangan anak muda, penderitaan putus asa perempuan dan anak-anak. Semua ini mengganggu hati nurani kita," lanjut Paus.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan tindakan Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina, dirancang tidak untuk menduduki wilayah tetapi untuk demiliterisasi dan 'denazifikasi' negara itu. Paus Fransiskus telah menolak terminologi itu, menyebutnya perang.
Kremlin mengatakan, tuduhan pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang dengan mengeksekusi warga sipil di Ukraina adalah 'pemalsuan mengerikan', yang bertujuan untuk merendahkan tentara Rusia.
Lebih jauh, Paus, yang telah mengeluarkan banyak seruan untuk mengakhiri konflik, mengatakan tidak mungkin untuk tetap acuh tak acuh dan bahwa perlu "berbicara dengan tegas untuk menuntut, atas nama Tuhan, diakhirinya tindakan keji ini."
Pada pertemuan ziarah di mana para tokoh kunci berbicara, mantan Uskup Agung Canterbury Rowan Williams menggemakan Peruan paus baru-baru ini, untuk gencatan senjata Paskah dalam konflik tersebut.
Diketahui, ziarah lintas agama tersebut dihadiri pula oleh orang-orang Yahudi, Hindu, Muslim, Budha dan pemeluk agama lain.
BACA JUGA:
Dalam pesannya, Paus mendesak "para pemimpin pemerintah, terutama mereka yang menyerukan prinsip-prinsip suci agama," untuk mencari perdamaian dan menjauhi kejahatan.
Diketahui, sejak perang dimulai, Paus Fransiskus hanya menyebut Rusia secara eksplisit dalam doa-doa, seperti saat acara global khusus untuk perdamaian pada 25 Maret. Namun, ia telah memperjelas penentangannya terhadap tindakan Rusia, dengan menggunakan kata-kata invasi, agresi dan kekejaman.
Selama perjalanan ke Malta awal bulan ini, Paus secara implisit mengkritik Presiden Putin atas invasi ke Ukraina, dengan mengatakan "yang berkuasa" mengobarkan konflik untuk kepentingan nasionalis.