JAKARTA - Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia II, untuk mempertahankan integritas teritorial, menyinggung Barat sekaligus memperingatkan mereka memiliki persenjataan lebih modern dari NATO
Presiden Putin mengatakan mobilisasi militer parsial dari 2 juta pasukan cadangan militernya, untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya, dengan alasan Barat tidak menginginkan perdamaian di Ukraina.
Dia mengatakan Washington, London, Brussels mendorong Kyiv untuk "mentransfer operasi militer ke wilayah kami dengan tujuan menjarah sepenuhnya negara kami."
Diketahui, militer Ukraina secara sporadis menyerang sasaran di dalam Rusia selama konflik, menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok oleh Barat.
"Pemerasan nuklir juga telah digunakan," kata Presiden Putin, mengutip pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhzhia Ukraina, yang terbesar di Eropa, melansir Reuters 21 September.
Baik Rusia dan Ukraina saling menuduh membahayakan pabrik dalam pertempuran.
Presiden Putin juga menuduh pejabat tinggi negara-negara NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) terkemuka, membuat pernyataan tentang "kemungkinan dan diterimanya penggunaan senjata pemusnah massal terhadap Rusia."
"Kepada mereka yang membiarkan pernyataan seperti itu mengenai Rusia, saya ingin mengingatkan Anda, negara kita juga memiliki berbagai alat penghancur, dan dalam beberapa komponen lebih modern daripada negara-negara NATO," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Putin memerintahkan mobilisasi dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Hari Rabu.
"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami, ini bukan gertakan," tegasnya.
Sementara, Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengungkapkan, mobilisasi parsial akan membuat 300.000 tentara cadangan dipanggil. Ini berlaku bagi mereka yang memiliki pengalaman militer sebelumnya.
BACA JUGA:
Perintah mobilisasi oleh Presiden Putin pun mendapat perhatian, dengan Ukraina mengatakan langkah itu bisa ditebak, sementara Inggris memperingatkan untuk menanggapi dengan serius.
"Jelas itu adalah sesuatu yang harus kita anggap sangat serius karena, Anda tahu, kita tidak memegang kendali, saya juga tidak yakin dia memegang kendali, sungguh. Ini jelas sebuah eskalasi," pesan menteri luar negeri Inggris Gillian Keegan kepada Sky News.
Adapun Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan kepada Reuters, mobilisasi Rusia adalah langkah yang dapat diprediksi, yang akan terbukti sangat tidak populer, menggarisbawahi bahwa perang tidak berjalan sesuai dengan rencana Moskow.