Kepala Staf Umum Sebut Reformasi Militer Rusia untuk Antisipasi Kemungkinan Ekspansi NATO
Presiden Vladimir Putin bersama Jenderal Valery Gerasimov (Sumber: Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Komandan operasi militer khusus Rusia di Ukraina Jenderal Valery Gerasimov mengatakan, reformasi militer yang dilakukan Moskow belum lama ini, sebagai tanggapan kemungkinan ekspansi NATO dan penggunaan Kyiv oleh "kolektif Barat" untuk mengobarkan perang hibrida.

Dalam komentar publik pertamanya sejak pengangkatannya pada 11 Januari, Jenderal Gerasimov juga mengakui masalah mobilisasi pasukan, setelah kritik publik memaksa Presiden Vladimir Putin untuk menegur militer.

Reformasi militer, yang diumumkan pertengahan Januari, telah disetujui oleh Presiden Putin dan dapat disesuaikan untuk menanggapi ancaman terhadap keamanan Rusia, kata Gerasimov kepada situs berita Argumenty i Fakty dalam sambutannya yang diterbitkan Senin malam.

"Saat ini, ancaman tersebut termasuk aspirasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk memperluas ke Finlandia dan Swedia, serta penggunaan Ukraina sebagai alat untuk mengobarkan perang hibrida melawan negara kita," jelas jenderal yang juga Kepala Staf Militer Rusia tersebut, melansir Reuters 24 Januari.

Diketahui, Finlandia dan Swedia mendaftar untuk bergabung dengan NATO, setelah Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu.

Di bawah rencana militer baru Moskow, sebuah korps tentara akan ditambahkan ke Karelia di utara Rusia, yang berbatasan dengan Finlandia.

Reformasi tersebut juga meminta dua distrik militer tambahan, Moskow dan Leningrad, yang sudah ada sebelum digabungkan pada tahun 2010, untuk menjadi bagian dari Distrik Militer Barat.

Di Ukraina, Rusia akan menambahkan tiga divisi senapan bermotor sebagai bagian dari formasi senjata gabungan di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, yang menurut klaim Moskow telah dianeksasi pada bulan September.

"Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk memastikan jaminan perlindungan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara kita," ujar Jenderal Gerasimov.

Ditambahkan olehnya, Rusia modern belum pernah melihat "intensitas permusuhan militer" seperti itu, memaksanya melakukan operasi ofensif untuk menstabilkan situasi.

"Negara kita dan angkatan bersenjatanya hari ini bertindak melawan seluruh kolektif Barat," sebut Jenderal Gerasimov.

Jenderal Gerasimov dan kepemimpinan Kementerian Pertahanan telah menghadapi kritik tajam, terkait berbagai kemunduran di medan perang dan kegagalan Moskow untuk mengamankan kemenangan dalam kampanye yang diperkirakan Kremlin hanya akan memakan waktu singkat.

Mobilisasi negara dari sekitar 300.000 personel tambahan pada musim gugur juga berjalan kacau.

"Sistem pelatihan mobilisasi di negara kami tidak sepenuhnya disesuaikan dengan hubungan ekonomi modern yang baru," terang Gerasimov.

"Jadi, saya harus memperbaiki semuanya saat berlangsung," tandasnya.

Diketahui, dalam 11 bulan sejak menginvasi Ukraina, Rusia telah mengubah retorikanya tentang perang dari operasi untuk "denazifikasi" dan "mendemiliterisasi" tetangganya, menjadikannya sebagai pertahanan dari Barat yang agresif.

Sementara, Kyiv dan sekutu Baratnya menyebutnya sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan, dengan sekutu telah mengirimkan persenjataan yang semakin berat ke Ukraina untuk membantunya melawan pasukan Rusia.