JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, berbicara di pertemuan tahunan KTT keamanan Forum Shangri-La di Singapura, Sabtu ini.
Dalam pidatonya, dilansir dari Reuters, 1 Juni, ia berupaya mengalihkan perhatian kembali pada ancaman China di Asia-Pasifik, ia khawatir bahwa konflik di Ukraina dan Gaza telah mengalihkan perhatian dari komitmen keamanan Amerika di wilayah tersebut.
Ia juga menambahkan ada kekhawatiran meningkat bahwa fokus Washington untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia dan mendukung perang Israel di Gaza, sambil berupaya memastikan konflik tidak meluas, telah mengalihkan perhatian dari Indo-Pasifik.
"Meskipun adanya bentrokan bersejarah di Eropa dan Timur Tengah, Indo-Pasifik tetap menjadi teater operasi utama kami," kata Austin dalam pidatonya, yang tampaknya bertujuan untuk menegaskan warisan administrasi di wilayah tersebut menjelang akhir masa jabatan pertama Presiden Joe Biden.
"Biarkan saya tegaskan: Amerika Serikat hanya dapat aman jika Asia aman, itulah mengapa Amerika Serikat telah lama mempertahankan kehadiran kami di wilayah ini,” sambungnya.
BACA JUGA:
Pidato itu mengarah pada tindakan Beijing di wilayah tersebut, termasuk Laut China Selatan, tanpa menyebutkan China secara langsung dalam sebagian besar pidato tersebut.
Sementara sebagai tanggapan, Jenderal Letnan China Jing Jianfeng mengatakan strategi Indo-Pasifik AS dimaksudkan "untuk menciptakan perpecahan, memprovokasi konfrontasi, dan mengganggu stabilitas".
"Hanya melayani kepentingan geopolitik egois AS dan bertentangan dengan tren sejarah dan aspirasi bersama negara-negara regional untuk perdamaian, pembangunan, dan kerja sama saling menguntungkan," kata Jing, wakil kepala Staf Departemen Militer Bersama Komisi Militer Pusat China.
Sebelumnya, selama pertemuan mereka pada Jumat, Dong memperingatkan Austin bahwa AS tidak boleh campur tangan dalam urusan China dengan Taiwan, kata juru bicara kementerian pertahanan Wu Qian kepada wartawan. China mengeklaim pulau yang diperintah secara demokratis tersebut sebagai wilayahnya sendiri.
Beberapa pejabat AS mengatakan Beijing telah menjadi lebih berani dalam beberapa tahun terakhir, apalagi baru-baru ini meluncurkan apa yang mereka sebut latihan "hukuman" di sekitar Taiwan, mengirim pesawat tempur bersenjata dan menyelenggarakan serangan pura-pura setelah Lai Ching-te dilantik sebagai presiden Taiwan.