Inggris Catat Kematian Tertinggi COVID-19 sejak Maret, PM Johnson Desak Warganya Hati-hati
Ilustrasi warga memulai kembali aktivitas di luar ruang dengan tetap mengenakan masker. (Unsplash/Gabriella Clare Marino)

Bagikan:

JAKARTA - Inggris melaporkan jumlah kematian tertinggi dan lonjakan orang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19, Selasa 27 Juli kemarin, membuat Perdana Menteri Boris Johnson mendesak warganya untuk berhati-hati.

Inggris melaporkan 131 kematian baru akibat COVID-19 kemarin, menjadi total tertinggi harian sejak 17 Maret, lonjakan yang sangat tinggi mengingat sehari sebelumnya Senin 26 Juli, Inggris hanya mencatat 14 kematian.

Jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit Inggris juga terus meningkat menjadi 5.918, juga tertinggi sejak Maret, menyusul lonjakan kasus awal bulan ini. Meski demkian, jumlah infeksi baru harian mengalami tren penurunan selama tujuh hari terakhir.

Melihat perkembangan kondisi yang terjadi di Inggris saat ini, PM Boris Johnson pun meminta warga untuk berhati-hati, tetap memerhatikan kesehatan dan keselamatan karena pandemi belum berakhir.

"Sangat, sangat penting kita tidak membiarkan diri kita melarikan diri dengan kesimpulan prematur tentang (angka kecil)," jelas PM Johnson seperti mengutip Reuters Rabu 28 Juli, mencatat bahwa perlu beberapa saat untuk pencabutan pembatasan di Inggris untuk diterapkan ke data.

"Orang-orang harus tetap sangat berhati-hati dan itu tetap menjadi pendekatan pemerintah," sambung PM Johnson.

Sebelumnya, PM Johnson telah mencabut pembatasan di Inggris dan bertaruh dia bisa membuat salah satu ekonomi terbesar Eropa kembali aktif, karena begitu banyak orang sekarang divaksinasi, sebuah keputusan yang menandai babak baru dalam menanggapi virus corona baru.

Terpisah, ahli epidemiologi Imperial College Neil Ferguson mengatakan, akhir yang efektif dari pandemi Inggris mungkin hanya beberapa bulan lagi, karena vaksin berhasil menekan risiko rawat inap dan kematian.

"Kami tidak sepenuhnya keluar dari masalah tetapi persamaannya telah berubah secara mendasar," terang Ferguson, yang pemodelan virusnya menyebut kemungkinan menyebar pada awal pandemi pada awal 2020 membuat khawatir pemerintah di seluruh dunia, kepada BBC.

"Saya yakin pada akhir September, atau memasuk Oktober kita akan melihat kemungkinan pandemi ini berakhir," sambungnya.

Diketahui, PM Johnson mencabut pembatasan COVID-19 di Inggris pada 19 Juli. Kasus harian baru dalam gelombang saat ini memuncak dua hari sebelumnya di 54.674 dan sejak itu turun secara dramatis, menjadi 23.511 kasus baru pada Selasa.

Inggris sendiri memiliki salah satu tingkat kematian resmi tertinggi akibat COVID-19 di dunia, dengan 129.303 kematian, namun vaksinasi dan penguncian mampu memperlambat angka tersebut sejak Maret.

Terpisah, Direktur Klinis Nasional Skotlandia Jason Leitch mengatakan kembalinya aktivitas sosial secara bertahap akan membantu memperlancar akhir gelombang saat ini, tetapi beberapa minggu ke depan tidak dapat diprediksi.

"Dalam perjalanan turun, selalu lebih bergelombang daripada kenaikan eksponensial saat naik," singkatnya kepada Reuters.