JAKARTA - Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pihaknya mengerahkan pesawat tempur dan pembom untuk mencegah pelanggaran perbatasan, setelah sebuah fregat asing bergerak menuju Selat Kerch.
Sementara, Kementerian Belanda menyebut pesawat tempur Rusia melakukan tindakan tidak aman terhadap Fregat HNLMS The Evertsen (F805) milik mereka yang tengah berlayar di Laut Hitam.
Insiden ini terjadi hanya sehari, setelah kapal perang HMS Defender milik Inggris terlibat insiden dengan pesawat tempur Rusia, setelah dinilai memasuki teritorial Negeri Beruang Merah.
"Pada tanggal 24 Juni 2021, sarana milik Armada Laut Hitam untuk memantau pergerakan kapal NATO di Laut Hitam, mendeteksi fregat Belanda The Evertsen mengubah arah di perairan internasional dan mulai bergerak menuju Selat Kerch," sebut Kementerian Pertahanan Rusia dalam keterangannya seperti melansir TASS Rabu 30 Juni.
"Untuk mencegah pelanggaran wilayah perairan Rusia, pesawat tempur Sukhoi Su-30 dan pembom Sukhoi Su-24 dikerahkan ke lokasi untuk mendekat terhadap kapal Angkatan Laut Belanda pada jarak yang aman," sambung Kementerian Pertahanan.
Pesawat-pesawat itu secara ketat mengikuti aturan internasional, kata Kementerian Pertahanan Rusia.
"Semua penerbangan dengan pesawat Rusia dilakukan sesuai dengan aturan internasional menggunakan wilayah udara," lanjut pernyataan tersebut dan menyebut seluruh pesawat kembali ke pangkalan, setelah memenuhi tugas dan fregat Belanda kembali ke jalur internasional Laut Hitam.
Terpisah, Kementerian Pertahanan Belanda menyebut pesawat tempur Rusia terbang sangat dekat, membuat situasi tidak aman dengan menyebut pesawat tersebut dilengkapi bom dan rudal, serta mengacak perangkat elektronik dan komunikasi fregat milik mereka.
Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Belanda mengatakan tindakan Rusia itu terjadi selama rentang waktu lima jam pada 24 Juni, melanggar hak untuk menggunakan laut secara bebas.
Belanda mengatakan, Fregat Evertsen, sedang berlayar dengan Grup Serangan Kapal Induk Inggris, yang sedang melakukan patroli di daerah Laut Hitam pada saat itu. Menteri Pertahanan Ank Bijleveld-Schouten menyebut tindakan Rusia itu "tidak bertanggung jawab".
"Evertsen memiliki hak untuk berlayar ke sana. Tidak ada pembenaran untuk tindakan agresif semacam ini, yang secara tidak perlu meningkatkan kemungkinan kecelakaan," kritiknya.
BACA JUGA:
Buntuk dari insiden ini, Menteri Ank Bijleveld mengindikasikan Belanda akan mengangkat masalah ini dengan Rusia di tingkat diplomatik.