Bagikan:

JAKARTA - Puluhan pesawat mata-mata dan drone terlacak di radar Rusia di wilayah perbatasan, dengan dua jet tempur sempat 'mengawal' pesawat mata-mata Amerika Serikat di Laut Hitam.

Radar Rusia melacak lebih dari 30 pesawat asing yang melakukan pengintaian udara di dekat perbatasan negara Rusia selama seminggu terakhir, surat kabar Kementerian Pertahanan Rusia Krasnaya Zvezda melaporkan

Infografis surat kabar tersebut menunjukkan, sebanyak 31 pesawat mata-mata asing dan enam pesawat tak berawak, melakukan pengintaian udara di sepanjang perbatasan negara Rusia dalam seminggu terakhir.

Jet tempur pasukan peringatan reaksi cepat pertahanan udara Rusia dikerahkan dua kali selama seminggu terakhir untuk mencegah pesawat asing melanggar perbatasan negara Rusia. Semua penerbangan oleh pesawat mata-mata asing dilacak oleh stasiun radar Rusia.

Kendati demikian, sejauh ini tidak ada pelanggaran perbatasan negara Rusia yang diizinkan, kata surat kabar itu.

Pada Hari Jumat, jet tempur Sukhoi Su-30SM dan Sukhoi Su-27 Rusia dikerahkan untuk mengawal dua pesawat pengintai AS yang mendekati perbatasan Rusia di atas Laut Hitam, sebut Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.

Menurut instansi tersebut, sistem kontrol wilayah udara Rusia mendeteksi dua target udara di atas Laut Hitam yang mendekati perbatasan negara Rusia pada 3 Desember.

"Sebuah jet tempur Su-30 dan Su-27 dari pasukan peringatan reaksi cepat pertahanan udara Distrik Militer Selatan dikerahkan untuk mengidentifikasi dan mencegat target," ungkap instansi tersebut dikutip dari TASS 4 Desember.

"Awak jet tempur Rusia mengidentifikasi mereka sebagai RC-135 dan CL- 600 pesawat pengintai Artemis dari Angkatan Udara AS, dan mengawal mereka di atas Laut Hitam," sambungmya.

Setelah pesawat mata-mata AS menjauh dari perbatasan, pesawat tempur Rusia dengan selamat kembali ke lapangan terbang markasnya.

"Penerbangan pesawat tempur Rusia berjalan sesuai dengan aturan internasional menggunakan wilayah udara. Tidak ada pelanggaran perbatasan negara Rusia yang diizinkan," tandas Pusat Kontrol Pertahanan Nasional.