Moskow Sebut Drone Militer AS Masuki Zona Udara Operasi Militer Khusus, Gedung Putih: Kami Tidak Perlu <i>Check-in</i> dengan Rusia
John Kirby. (Wikimedia Commons/Chairman of the Joint Chiefs of Staff)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Gedung Putih menyebut Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah diberi penjelasan terkait insiden jatuhnya drone militer MQ-9 milik militer negara itu di Laut Hitam, menyebut pihaknya tidak perlu menginformasikan ke Rusia jika ingin terbang di wilayah internasional, saat Rusia menyebut drone itu memasuki wilayah zona udara operasi militer khusus.

Dua jet tempur Su-27 Rusia melakukan apa yang digambarkan oleh militer AS sebagai pencegatan sembrono terhadap pesawat tanpa awak mata-mata Amerika. Dikatakan bahwa jet tempur Rusia membuang bahan bakar ke MQ-9 - mungkin mencoba membutakan atau merusaknya - dan terbang di depannya dengan manuver yang tidak aman.

Setelah sekitar 30 hingga 40 menit, pada pukul 7:03 pagi (06:03 GMT), salah satu jet tempur itu kemudian bertabrakan dengan pesawat tak berawak itu, menyebabkannya jatuh, kata militer AS.

Meskipun ada pencegatan serupa lainnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menegaskan, pencegatan kali ini patut dicatat karena "tidak aman dan tidak profesional" dan menyebabkan jatuhnya pesawat AS.

"Jadi ini berbeda dalam hal itu," kata Kirby, melansir Reuters 15 Maret.

"Kami telah terbang di atas wilayah udara tersebut secara konsisten selama satu tahun... dan kami akan terus melakukannya," sambung Kirby.

"Kami tidak perlu melakukan semacam check-in dengan Rusia sebelum terbang di wilayah udara internasional. Tidak ada keharusan untuk melakukan hal itu dan kami juga tidak melakukannya," tegasnya.

drone mq-9
Drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/USGOV-PD)

Meskipun Amerika Serikat tidak mengerahkan kapal perang di Laut Hitam, mereka secara rutin menerbangkan pesawat pengintai di sekitar area tersebut.

Pesawat semacam itu kemungkinan besar akan digunakan untuk mengumpulkan intelijen AS yang terkait dengan perang di Ukraina, salah satu kontribusi terbesar yang diberikan oleh Barat kepada Kyiv dalam upayanya untuk mengusir pasukan Rusia yang menyerbu.

Militer AS mengatakan, insiden ini mengikuti pola perilaku berbahaya yang dilakukan oleh pilot-pilot Rusia yang beroperasi di dekat pesawat-pesawat yang diterbangkan oleh AS dan sekutunya.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pesawat tak berawak MQ-9 milik Amerika Serikat terdeteksi oleh alat pengawas wilayah udara mereka di dekat Semenanjung Krimea, melanggar batas-batas wilayah rezim wilayah udara sementara yang ditetapkan selama operasi khusus.

"Pada 14 Maret 2023 pagi hari, sistem kontrol wilayah udara Rusia telah mendeteksi sebuah pesawat tak berawak MQ-9 milik Amerika yang terbang di atas Laut Hitam di dekat Semenanjung Krimea ke arah perbatasan negara bagian Federasi Rusia," kata kementerian tersebut seperti mengutip TASS.

"Pesawat tak berawak itu terbang dengan transpondernya dimatikan, melanggar batas-batas rezim wilayah udara sementara yang ditetapkan untuk operasi militer khusus, (yang) dikomunikasikan kepada semua pengguna wilayah udara internasional, dan dipublikasikan sesuai dengan standar internasional," lanjut kementerian itu.

Menurut kementerian, setelah melakukan manuver mendadak, pesawat tak berawak itu "terbang tak terarah dengan kehilangan ketinggian dan menabrak permukaan air."

"Pesawat Rusia tidak menggunakan senjata, tidak bersentuhan dengan pesawat tak berawak dan kembali dengan selamat ke pangkalan udara mereka," terang pihak kementerian.

Diketahui, Laut Hitam terletak di antara Eropa dan Asia dan berbatasan dengan beberapa negara, termasuk Ukraina. Kementerian Rusia mengatakan bahwa pesawat tak berawak tersebut terdeteksi di atas laut dekat semenanjung Krimea, yang dianeksasi Moskow dari Ukraina pada tahun 2014.