Gedung Putih Sebut Iran Siap Kirim dan Latih Penggunaan Drone Bersenjata untuk Rusia Pakai Berperang di Ukraina, Moskow Kekurangan Senjata?
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. (Wikimedia Commons/The White House)

Bagikan:

JAKARTA - Informasi intelijen Amerika Serikat yang baru dideklasifikasi mengungkapkan, Iran diperkirakan akan memasok Rusia dengan 'ratusan' drone, termasuk drone bersenjata, untuk digunakan dalam perang di Ukraina, sebut seorang pejabat Gedung Putih.

Lebih jauh, pejabat tersebut menyebut Teheran juga siap untuk memberika pelatihan bagi pasukan Moskow, tentang cara mengoperasikan drone yang diberikan sedini mungkin.

"Informasi menunjukkan bahwa pemerintah Iran sedang bersiap untuk menyediakan Rusia hingga beberapa ratus (kendaraan udara tak berawak), termasuk UAV berkemampuan senjata dalam waktu yang dipercepat," kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan kepada wartawan pada konferensi pers Gedung Putih, melansir CNN 12 Juli.

"Informasi kami lebih lanjut menunjukkan, Iran sedang mempersiapkan untuk melatih pasukan Rusia untuk menggunakan UAV ini, dengan sesi pelatihan awal dijadwalkan pada awal Juli. Tidak jelas apakah Iran telah mengirimkan salah satu dari UAV ini ke Rusia,' lanjutnya.

Seorang juru bicara di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan kepada CNN, informasi yang dijelaskan Sullivan kepada wartawan didasarkan pada informasi intelijen yang baru-baru ini diungkap.

Sullivan berpendapat, berita tentang Iran yang memasok pesawat tak berawak adalah bukti, serangan Rusia terhadap Ukraina dalam beberapa pekan terakhir datang dengan biaya parah, karena menipisnya senjatanya sendiri.

drone bayraktar tb2
Drone Bayraktar TB2 Turki yang dipakai Ukraina. (Wikimedia Commons/Army.com.ua)

Berita tentang pasokan drone Iran ke Rusia datang sehari sebelum perjalanan pertama Presiden Joe Biden ke Timur Tengah sejak menjabat, dengan pemberhentian di Israel dan Arab Saudi. Tindakan Iran di kawasan dan program nuklirnya disebut menjadi topik diskusi utama.

Sullivan pada hari Senin mengemukakan bagaimana drone serupa diberikan oleh Iran kepada pemberontak Houthi Yaman, untuk menyerang Arab Saudi sebelum gencatan senjata diberlakukan awal tahun ini.

Drone telah menjadi komponen kunci dari perang di Ukraina di kedua sisi, dengan militer Ukraina menggunakan UAV Bayraktar buatan Turki untuk menghancurkan pos komando Rusia, tank dan sistem rudal permukaan-ke-udara.

Adapun Rusia menggunakan drone Orlan-10 buatan sendiri untuk pengintaian dan peperangan elektronik. Namun dalam hampir lima bulan perang, jumlah drone di masing-masing pihak telah berkurang karena ditembak jatuh atau jatuh.

Sekutu Ukraina, termasuk Lithuania dan Polandia, telah memulai kampanye penggalangan dana untuk membeli drone Bayraktar baru untuk militer Ukraina, dan AS telah menyediakan Ukraina dengan drone kecil kamikaze yang disebut Switchblades. AS juga sedang mempertimbangkan apakah akan memberi Ukraina drone yang lebih besar yang dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire.

Tetapi Rusia, yang sekarang diyakini AS, tampaknya telah beralih ke Iran untuk membantu mengisi kembali persediaan drone-nya. Namun, tidak jelas seberapa canggih atau efektif drone itu.

Rusia sebelumnya telah meminta bantuan China untuk mendukung perangnya di Ukraina, kata pejabat AS pada Maret. Hingga akhir Mei, AS tidak melihat bukti bahwa China telah memberikan dukungan militer atau ekonomi kepada Rusia untuk invasi tersebut, Sullivan mengatakan kepada wartawan saat itu.