JAKARTA - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Hari Jumat memerintahkan militer untuk merebut lebih banyak wilayah di Jalur Gaza hingga Hamas setuju untuk membebaskan semua sandera dan meninggalkan wilayah tersebut.
Pertempuran di Gaza kembali pecah pada Selasa dini hari, dengan pemboman Israel menewaskan ratusan warga Palestina, sehingga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Pemerintah Presiden AS Donald Trump menyatakan dukungan penuh atas serangan baru tersebut, setelah bulan lalu mengusulkan agar dua juta warga Palestina di Gaza dimukimkan kembali di negara lain.
Fase pertama gencatan senjata diberlakukan pada tanggal 19 Januari, tetapi berakhir pada tanggal 1 Maret ketika para pihak tidak dapat menyetujui jalan ke depan.
Israel, dengan dukungan AS, ingin memperpanjang fase pertama perjanjian tersebut, sedangkan Hamas bersikeras untuk melanjutkan ke fase kedua perjanjian tersebut, yang akan mengharuskan pembebasan seluruh sandera, pembicaraan menuju gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Menhan Katz mengatakan, jika Hamas terus menolak membebaskan para sandera, ia telah memerintahkan militer Israel untuk "merebut wilayah tambahan, sembari mengevakuasi penduduk, dan memperluas zona keamanan di sekitar Gaza untuk melindungi masyarakat dan tentara Israel, melalui kendali permanen Israel atas wilayah tersebut," dikutip dari The National 21 Maret.

"Semakin Hamas terus menolak membebaskan mereka yang diculik, semakin banyak wilayah yang akan hilang dari Israel," tegas Menhan Katz dalam pernyataan dari kantornya.
Serangan Israel sejak Selasa di Gaza telah menewaskan lebih dari 500 orang.
Seorang penduduk Kota Gaza mengatakan kepada The National, pesawat Israel menjatuhkan selebaran yang memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut, di utara daerah kantong itu, pada Hari Kamis.
Reuters melaporkan orang-orang diperintahkan keluar dari kota-kota utara Beit Lahia dan Beit Hanoun, Distrik Shejaia di kota Gaza dan kota-kota di pinggiran timur Khan Younis, di selatan.
Selebaran tersebut, yang menampilkan foto Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump, mengatakan "peta dunia tidak akan berubah jika semua penduduk Gaza lenyap", dalam ancaman baru untuk memusnahkan daerah kantong tersebut.
"Tidak seorang pun akan memperhatikan Anda, tidak seorang pun akan bertanya tentang Anda. Anda dibiarkan sendiri untuk menghadapi nasib Anda yang tak terelakkan," bunyi selebaran tersebut.
"Baik AS maupun Eropa tidak peduli dengan Gaza. Bahkan negara-negara Arab Anda tidak peduli, mereka sekarang adalah sekutu kami, mereka memberi kami uang, senjata, dan minyak. Mereka hanya mengirimi Anda kain kafan," tulis selebaran itu.

Peringatan tersebut muncul saat Mesir dengan keras membantah laporan mereka telah setuju untuk menampung 500.000 warga Palestina dari Gaza di kota resor liburan Sharm El Sheikh.
Layanan informasi negara tersebut mengatakan, posisi Mesir yang konsisten adalah "penolakan mutlak dan terakhir" terhadap upaya untuk menggusur warga Palestina.
Setelah merebut kembali sebagian Koridor Netzarim yang strategis yang membagi wilayah utara dan selatan Gaza, pasukan Israel melanjutkan operasi darat pada Hari Kamis dan Jumat menuju Beit Lahia, dan Rafah di selatan.
Blokade bantuan ke jalur tersebut yang diberlakukan pada tanggal 2 Maret masih berlaku karena warga Gaza kembali mengungsi ke daerah yang jauh dari pertempuran.
"Warga Gaza, ini peringatan terakhir kalian. Sinwar pertama telah menghancurkan Gaza, dan Sinwar kedua akan membawa kehancuran total," katanya, merujuk pada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang tewas pada bulan Oktober, dan saudaranya Mohammed, seorang komandan senior Hamas yang diperkirakan masih hidup.
BACA JUGA:
"Serangan Angkatan Udara Israel terhadap teroris Hamas hanyalah langkah pertama. Apa yang terjadi selanjutnya akan jauh lebih keras, dan kalian akan menanggung akibatnya sepenuhnya," kata Menhan Katz dalam pesan video.
Ia menambahkan, memaksa warga Palestina untuk meninggalkan "zona pertempuran akan segera dimulai lagi".
"Jika semua sandera Israel tidak dibebaskan dan Hamas tidak diusir dari Gaza, Israel akan bertindak dengan kekerasan yang belum pernah Anda ketahui sebelumnya," katanya.
Menhan Katz mengatakan, warga Gaza akan memiliki "pilihan baru" yang mencakup "relokasi ke bagian lain dunia" jika tidak, alternatifnya adalah "kehancuran dan kehancuran total".