JAKARTA - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Jumat, 26 Februari.
Nurdin telah dibawa ke Jakarta dari Makassar. Namun, belum ada penjelasan lengkap dari KPK mengenai kasus suap yang diduga menjerat Nurdin Abdullah.
Jauh sebelum terjaring OTT KPK, pada 2017 lalu, ternyata Nurdin Abdullah yang kala itu menjabat sebagai Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, pernah mendapatkan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA).
Salah satu anggota dewan juri BHACA 2017 Betti Alisjahbana mengatakan penghargaan itu diberikan kepada pribadi-pribadi yang terus berusaha menumbuhkembangkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung awab, serta mampu menjadi inspirator atas upaya pemberantasan korupsi di lingkungannya masing-masing.
"Tahun ini, anugerah BHACA 2017 diberikan kepada dua individu berintegritas dan dinilai berhasil melakukan inovasi dalam sektor pelayanan publik dan birokrasi pemerintah," kata Betti, seperti dilansir Antara, Sabtu, 27 Februari.
Betti mengatakan, Nurdin dinilai mempunyai komitmen yang sangat tinggi dalam membangun pemerintahan daerah yang bersih dari korupsi dan maju.
Tak hanya itu, kata Betti, selama kepemimpinan Nurdin perekonomian Bantaeng tumbuh pesat, pendapatan per kapita warga meningkat tajam serta angka pengangguran menurun drastis.
BACA JUGA:
Sekadar informasi, Nurdin merupakan kepala daerah pertama di Indonesia yang bergelar profesor. Pria yang lahir 57 tahun silam ini menyandang gelar profesor di bidang agrikultur. Dalam perjalanan karir akademisinya, Nurdin sempat menjabat Dewan Penyantun Politeknik Negeri Makassar.
Tak hanya di bidang akademisi, Nurdin juga pernah menjabat sejumlah posisi penting di perusahan-perusahaan Jepang. Di antaranya Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia, President Director of Global Seafood Japan, dan Director of Kyushu Medical Co. Ltd. Japan.
Kemudian, Nurdin memutuskan untuk masuk ke dunia politik dengan menjadi Bupati Bantaeng selama dua periode. Di masa kepemimpinannya, Nurdin memanfaatkan keahliannya di bidang pertanian membawa Bantaeng keluar dari kategori daerah tertinggal.