Bagikan:

SURABAYA - Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 4.585.970 jiwa, atau setara 11,46 persen dari jumlah penduduk. Penduduk miskin di Jatim ini menjadi provinsi tertinggi secara nasional.

Setelah Jatim, provinsi tertinggi kedua adalah Jawa Barat sebanyak 4.188.520 jiwa atau setara 8,43 persen, Jawa Tengah sebanyak 4.119.930 jiwa atau setara 11,84 persen, dan Sumatera Utara (Sumut) 1.356.720 jiwa. Sedangkan dari segi persentase, penduduk miskin di Jatim lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang sebesar 10,19 persen.

"Total penduduk miskin di Jatim saat ini 4,58 juta jiwa. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Jatim, karena penurunan aktivitas ekonomi," kata Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiawan, di Surabaya, Senin, Februari.

Dadang menyebut, 4,58 juta warga miskin di Jatim itu setara 11,46 persen dari jumlah penduduk. Angka itu naik 1,26 persen ata setara 166.900 jiwa dibandingkan Maret 2020 yang sebanyak 4.41 jiwa atau 11,09 persen dari jumlah penduduk.

Menurut Dadang, pandemi COVID-19 menjadi faktor utama tingginya penduduk miskin di Jatim. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini diketahui hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang dilakukan dua kali setahun, setiap Maret dan September.

Berdasarkan hasil Susenas BPS sejak 2011 sampai 2019, Jatim telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskinnya. Kemiskinan di Jatim terus menurun mencapai 10,20 persen pada 2019. Bahkan pada 2011 silam, jumlahnya sebanyak 13,85 persen dari total jumlah penduduk di Jatim. 

"Akibat Pandemi COVID-19, kemiskinan di Jatim kembali meningkat secara bertahap. Secara total sejak September 2019 sampai September 2020, ada sebanyak 529.970 jiwa penduduk di Jatim menjadi miskin," katanya.

Faktor lain yang menjadi penyebab kenaikan jumlah penduduk miskin adalah penurunan mobilitas penduduk. Survei menunjukkan, selama Maret-September, masyarakat lebih banyak di rumah. 

"Penurunan mobilitas penduduk tertinggi di sejumlah tempat di Jatim terjadi pada April. Baik di tempat perdagangan ritel dan hiburan, tempat belanja kebutuhan sehari-hari, juga taman," kata Dadang.

BACA JUGA:


Sementara di tempat transit dan tempat kerja, penurunan mobilitas penduduk tertinggi terjadi pada bulan Mei. Selam dua bulan itu, Jatim menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid pertama. Persoalan kemiskinan bukan sekadar berapa jumlah penduduk miskin dan prosentasenya, melainkan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan itu.

"Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) di Jatim meningkat dari 1.818 pada Maret 2020 menjadi 1.970 pada September 2020. Sementara keparahan kemiskinan di Jatim naik dari 0,430 jadi 0,529 di periode yang sama," kata Dadang.