Dari Dianggap <i>Planga-Plongo</i>, Boneka Megawati Hingga Jadi Otoriter, Denny Siregar: Perubahan Jokowi Dahsyat
Presiden RI Joko Widodo di Gelora Bung Karno (Foto: BPMI Setpres/Kris)

Bagikan:

jAKARTA - Joko Widodo berhasil terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia dua periode. Pertama pada pemilu 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla, dan yang kedua berpasangan dengan Ma'ruf Amin.

Pada pemilu 2014 Jokowi-JK mendapatkan suara 53,15 persen mengalahkan rivalnya Prabowo Subianto yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa. Jokowi pun diarak ke Monas untuk merayakan kemenangannya.

Meski sudah menang telak dan kemenangannya diakui oleh penyelenggara pemilu dan dimantapkan oleh Mahkamah Konstitusi, namun ada beberapa pihak yang belum puas alias tidak terima Jokowi memimpin Indonesia.

Di periode pertama, Jokowi begitu kencang dinarasikan sebagai presiden yang tunduk pada perintah partai. Bahkan ada pihak yang membuat framing Jokowi adalah Boneka Jokowi. Hal ini disampaikan oleh pegiat media sosial Denny Siregar dalam akun Twitternya @dennysiregar7.

"2014: @jokowi planga plogo, boneka Megawati," kata Denny dikutip Sabtu, 13 Februari.

Jokowi menyelesaikan pemerintahan pertama. Kemudian pada 2019, Jokowi kembali mencalonkan diri bersama Ma'ruf Amin. 

Di periode dua ini, Denny heran dengan narasi yang dibangun. Setelah planga-plongo atau tidak mengerti, dengan sekejap Jokowi dinarasikan sebagai rezim yang otoriter, rezim tangan besi. Menurut dia, tentu narasi ini sangat bertolak belakang.

"Ini seperti anak kecil yg sok jagon nantang2, di keplak sekali langsung nagis, "Lu mainnya kasar!!'," kata Denny.