Bagikan:

JAKARTA - Politikus senior Partai Demokrat, Darmizal mengungkapkan alasan dirinya memfasilitasi pertemuan antara kader Demokrat dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Bulan Januari lalu, Kalimantan Selatan diterjang banjir. Darmizal bilang, mantan Anggota DPR Fraksi Demokrat, Ihwan Datu Adam saat masih hidup mengaku kepada Damrizal, ingin memberi bantuan kebencanaan atas nama Demokrat.

Darmizal sempat menyarankan agar Ihwan meminta bantuan sumbangan bencana banjir Kalsel kepada Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, Ihwan mengaku sulit menemui AHY.

"Mereka menceritakan sangat sulit jika berurusan dengan dia (AHY). Banyak sekali pagar betisnya atau protokol yang harus dilalui," kata Darmizal kepada VOI, Minggu, 7 Februari.

Sebab itu, kader Demokrat di Kalsel mencoba mencari bantuan ke pemerintah melalui tokoh yang duduk di kursi pemerintahan. Pilihan jatuh kepada Moeldoko. Ihwan meminta Damrizal memfasilitasi pertemuan itu.

Kebetulan, saat itu Moeldoko memiliki agenda makan malam dengan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin. Saat itu, Darmizal meminta kesediaan Moeldoko dan disanggupi.

"Maka saya ajaklah para kader ke tempat pertemuan di hotel itu. Lalu pak Moel berkenan datang, diskusi lah mereka begini-begini. itu intinya," tutur Darmizal.

Namun, Darmizal mengaku tak tahu apakah ada pembicaraan lain selain bantuan kebencanaan. "Apa yang disampaikan di sana, saya enggak tahu dan enggak perlu tau. Bagi saya, mereka datang tujuannya adalah itu, bantuan," ucapnya.

Sebelumnya, AHY mengatakan, ada gerakan yang berupaya melengserkan dirinya dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.

Gerakan ini digaungi oleh lima tokoh. Mereka terdiri dari satu orang kader aktif Demokrat, satu kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, satu mantan kader yang diberhentikan sejak 9 tahun dengan tidak hormat akibat korupsi, satu kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu, dan satu nonkader Partai Demokrat.

AHY bilang, satu orang tokoh yang bukan berasal dari internal partai ini merupakan pejabat tinggi di pemerintahan Presiden Joko Widodo. Belakangan, nama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko muncul sejalan dengan isu ini.

Menanggapi isu ini, Moeldoko sudah menyatakan bahwa meski ia memang pernah bertemu dengan sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.

"Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, 'wong' saya orang luar," kata Moeldoko.

Moeldoko mengaku juga menghormati pendiri partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada pak SBY, ada putranya mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.