JAKARTA - Tudingan adanya kudeta di tubuh Partai Demokrat yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditanggapi politisi PDI Perjuangan Dewi Tanjung.
Menurutnya, tudingan yang disampaikan putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini adalah trik lama dan digunakan untuk mendulang empati masyarakat. Karena, hal ini juga pernah dilakukan saat Pilpres 2004.
"Ini bisa saja setting-an supaya mengangkat namanya AHY. Pola ini pernah dipakai tahun 2004 dengan SBY saat dia berseteru dengan Bu Mega. Dia pakai cara terzalimi. Sama dengan sekarang, dia pakai cara itu lagi," katanya dalam Twitter-nya, @Dtanjung15, dilihat Sabtu, 6 Februari.
Bukan hanya itu, Dewi juga menilai, cara ini bisa saja sebenarnya permainan dari internal partai berlambang bintang mercy tersebut. "Mereka yang sebar-sebarin seolah-olah mereka terzalimi. Kayak bapaknya. Bapaknya kan selalu merasa terzalimi padahal kita tahu bagaimana SBY," tegasnya.
"Mudah-mudahan AHY lebih cerdas, lebih pintar ya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Dewi juga menyebut AHY masih hijau di dunia politik sehingga dirinya tak bisa membedakan mana yang namanya kudeta dengan kisruh. Hal ini disebabkan karena sang ayah, SBY, memaksakan anaknya menjadi pemimpin partai meski dia berpengalaman.
Sehingga, dia menilai, AHY harusnya lebih banyak belajar ke depannya.
"SBY memaksakan kehendaknya, memaksakan anaknya yang masih mentah ini untuk menjadi ketua umum partai. Akhirnya apa, blunder kan. Blundernya adalah dia tak bisa membedakan apa namanya kudeta dan kisruh. Apa yang terjadi (sekarang ini, red) adalah kisruh," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat AHY mengatakan ada upaya dari sejumlah pihak yang ingin menggulingkan (kudeta) posisinya dari ketum partai.
AHY menyebut gerakan politik itu mendapat dukungan pejabat pemerintahan Presiden Jokowi. Belakangan kader Demokrat menyebut sosok tersebut adalah Moeldoko.
BACA JUGA:
AHY pun melayangkan surat ke Presiden Jokowi atas dugaan kudeta tersebut.
Terkait hal ini, Senin, 3 Februari lalu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan bahwa meski ia pernah bertemu sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.
"Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, 'wong' saya orang luar," kata Moeldoko.
Moeldoko juga mengaku menghormati pendiri partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono.
"Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada pak SBY, ada putranya mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.