Heran Mangkrak Terus, DPRD Ancam Tarik Anggaran Modal Jakpro Bangun ITF Sunter
Pemindahan sampah di area proyek Pengolahan Sampah Terpadu atau ITF Sunter, Jakarta, pada Februari 2019.(Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menyoroti mangkraknya pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter sebagai fasilitas pengolahan sampah berteknologi modern.

Hal ini diungkapkan Gembong dalam Badan Anggaran DPRD DKI yang membahas rancangan Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD tahun anggaran 2023 pada Rabu, 2 November kemarin.

Gembong mengaku heran mengapa penbangunan ITF Sunter garapan BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sampai saat ini tak kunjung terlaksana. Padahal, ITF Sunter telah menjalani groundbreaking atau peletakan batu pertama beberapa tahun lalu.

"Penugasan yang diberikan Pemprov DKI Jakarta kaitannya dengan ITF. Bolak-balik groundbreaking, tapi tidak pernah kunjung tereksekusi," ujar Gembong di Grand Cempaka Resort, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Gembong menyebut fraksinya, PDIP, mengusulkan agar Banggar DPRD tidak mengabulkan pengajuan modal untuk pembangunan ITF Sunter sekitar Rp500 miliar dalam penyusunan APBD 2023 jika Jakpro tidak serius dalam menggarap proyek tersebut.

Jika dikabulkan pun, Gembong meminta Jakpro hanya membangun satu fasilitas pengolahan sampah antara (FPSA), yakni ITF Sunter. Sebagaimana diketahui, Jakpro juga berencana membangun ITF di wilayah layanan barat.

"Kalau Badan Anggaran mau menyetujui untuk pembangunan ITF, Fraksi PDIP mendorong fokus pada satu titik saja, tapi betul-betul dieksekusi pada 2023. Kalau enggak, hapusin aja semuanya (penugasan pembangunan ITF kepada Jakpro)," cecar Gembong.

Terlebih pula, Gembong memandang Jakpro merupakan BUMD yang terlalu banyak menggarap proyek Pemprov DKI. Hal ini juga diduga Gembong menjadi salah satu faktor Jakpro tidak serius menggarap ITF Sunter.

"Penugasan kepada Jakpro sudah terlalu banyak. Apa-apa dikerjakan Jakpro, seolah-olah Jakpro BUMD palugada," lanjut dia.

Gagasan ITF Sunter dimulai sejak tahun 2009 semasa Fauzi Bowo menjabat sebagai Gubernur DKI. Rencana ini dilanjutkan oleh Joko Widodo hingga Basuki Tjahaja Purnama, namun tidak ada realisasinya.

Saat menjabat, Anies Baswedan yang melanjutkan proyek ini sempat melakukan groundbreaking ITF Sunter sejak tahun 2018. Peletakan batu pertama saat itu ternyata hanya sekadar seremonial karena pembangunan konstruksi tetap saja mangkrak.

Dalam perkembangannya, perencanaan pembangunan ITF Sunter akhirnya menggandeng perusahaan pembangkit listrik asal Finlandia, Fortum Power Heat and Oy sebagai investor. Namun, seiring waktu, Fortum angkat kaki dari proyek ITF Sunter karena tidak mendapat kepastian.

Pemprov DKI berencana meminjam uang dari BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) demi proyek yang memiliki nilai investasi sekitar Rp4 sampai 5 triliun ini bisa terlaksana. Sayangnya, DPRD DKI Jakarta tak mengizinkan, sehingga Jakpro kembali mencari investor untuk ITF Sunter.